https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

Berita – Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah
Kh Miftachul Akhyar : Koalisi Islam yang efektif adalah tanggung jawab peradaban

Kh Miftachul Akhyar : Koalisi Islam yang efektif adalah tanggung jawab peradaban

Makkah – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan bahwa menuju koalisi Islam yang efektif bukanlah sekadar tema atau slogan yang digaungkan, tetapi sebuah tanggung jawab peradaban. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara The Global Conference For Building Bridges between Islamic Schools of Thought and Sects (Konferensi Global untuk Membangun Jembatan antara Berbagai Aliran dan Mazhab dalam Islam), di Makkah, Arab Saudi, Jumat (7/3/2025).

“Menuju koalisi Islam yang efektif bukan sekadar slogan untuk digaungkan, tetapi tanggung jawab peradaban yang harus disertai manajemen yang baik, ide cemerlang, perbaikan menyeluruh terhadap kebijakan agama dan pendidikan, yang mana di dalamnya juga mencakup perbaikan kurikulum,” katanya. Selanjutnya, Kiai Miftach mengingatkan bahwasanya persatuan Islam tidak ada kaitannya dengan penghapusan perbedaan hukum fiqih.

Menurutnya, jika keragaman pandangan fiqih ditiadakan justru akan bertentangan dengan karakter Islam. Ia lantas menyarankan agar persatuan Islam itu dilandaskan atas kerja sama yang konsisten, adanya pengelolaan perbedaan serta pemahaman terhadap visi keilmuan yang seimbang.

Untuk menguatkan pendapatnya, Kiai Miftach lantas membacakan sebuah kaidah fiqih dari Imam Al-Qarafi Al-Maliki dalam kitab Al-Furuq. “Perbedaan hukum fiqih itu jika buktinya kuat, lebih penting untuk diamati daripada membatalkannya, karena mengamati perbedaan membawa pada penggabungan bukti-bukti hukum, sementara membatalkannya mengarah pada pengutamaan salah satu dari kedua hukum tanpa adanya bukti yang pasti,” ujarnya.

Selanjutnya, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya itu menyampaikan bahwa konferensi tersebut merupakan konferensi kedua yang diadakan guna membangun jembatan antara mazhab-mazhab Islam.  Hal tersebut, lanjut Kiai Miftach, termasuk kebutuhan syariat dan sebuah keharusan dalam maqashid syariah.

Demikian ini guna mencapai persatuan dan kerukunan bangsa dari konflik serta pembangunan kembali jembatan antar mazhab Islam.

“Konferensi ini memiliki tujuan yang penting, namun outputnya jauh lebih penting. Konferensi ini bukan sekadar teori, tapi lebih menekankan strategi dan implementasi yang kokoh guna membangun jembatan antar mazhab-madzhab Islam yang disandarkan pada rasionalisasi ensiklopedi pemikiran Islam,” ungkapnya.

Namun, lanjut kiai Miftach, berhasil tidaknya hal tersebut tergantung asumsi terhadap implementasi program. Penggunaan metode yang komprehensif, misalnya, sehingga dapat mengatur hubungan antara mazhab-mazhab dan metodologi hukum yang tepat.  Sebagai informasi, konferensi ini mengusung tema, “Menuju Koalisi Islam yang Efektif”. Acara ini berada di bawah naungan Raja Salman bin Abdul Aziz dan Putra Mahkotanya, Muhammad bin Salman. Hadir dalam acara tersebut, ulama terkemuka dari berbagai negara, ulama dari berbagai aliran serta ulama dengan berbagai madzhab. Sumber nuonline

KH Miftachul Achyar menutup Munas  Alim Ulama dan Konbes NU tahun 2025

KH Miftachul Achyar menutup Munas  Alim Ulama dan Konbes NU tahun 2025

Jakarta – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Achyar menutup secara resmi Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama tahun 2025.  Acara penutupan berlangsung dengan khidmat diiringi harapan besar untuk kemajuan organisasi dan bangsa yang disampaikan di Hotel Sultan, Jakarta, pada Kamis (6/2/2025) .

Dalam pidato penutupannya, KH Miftachul Achyar menyampaikan apresiasi atas kelancaran dan kesuksesan Munas-Konbes 2025. Pihaknya menekankan pentingnya menjaga organisasi sebagai kunci kemajuan NU di masa depan. “Malam penutupan ini, alhamdulillah, berjalan sangat baik untuk membuat organisasi kita ke depan,” ujarnya.

KH Miftachul Achyar juga memberikan aba-aba kepada seluruh peserta untuk memasuki fase “gaspol” dalam menjalankan program-program yang telah disepakati. “Saat ini kita sudah masuk ke persneling ke-4 gaspol, tinggal persneling 5-nya kita sempurnakan dengan nanti adanya Munas-Konbes menjelang Muktamar ke 35,” lanjut Kiai Miftach mengibaratkan.

Kiai Miftach juga berpesan kepada seluruh peserta agar tidak mampir ke mana-mana setelah acara ini, tetapi langsung pulang ke rumah dan menciptakan ‘gelombang’ perubahan positif di daerah masing-masing. Dengan mengucapkan “Alhamdulillahirobbilalamin”, KH Miftachul Achyar menutup secara resmi Munas-Konbes Nahdlatul Ulama tahun 2025.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyebutkan bahwa semua pengurus NU harus bisa kembali memposisikan diri dalam segala aspek dalam konteks kemaslahatan. Baca Juga PBNU Sahkan Hasil Komisi Organisasi Konbes NU 2025, Berikut Isinya   “Kita harus bisa Memposisikan kembali NU sebagai jaminan upaya kemaslahatan rakyat,” ungkapnya.

Gus Yahya juga mengungkapkan bahwa siapa pun yang menginginkan kemaslahatan maka harus bekerja sama dengan NU. “Barangsiapa yang menginginkan kemaslahatan rakyat bekerjalah bersama nu untuk menjamin kemaslahatan sungguh sungguh tercapai dan dirasakan oleh rakyat,” jelas Gus Yahya.

Gus Yahya juga sebut pekerjaan NU untuk membangun organisasi dengan segala rupa agar bisa berfungsi untuk maslahat bersama   “Pekerjaan kita membangun instrumen organisasi sedemikian rupa supaya kita bisa berfungsi untuk itu,” tuturnya.

Ketua SC Munas-Konbes NU 2025, Prof M Nuh menyebutkan bahwa pengakuan dan penghargaan yang banyak diterima oleh NU belum cukup. Menurutnya NU harus mengkonversinya menjadi kekuatan yang nyata bagi NU.   “Pengakuan dan penghargaan terhadap Nahdhatul Ulama belum lah cukup kita harus mengkonversi menjadi kekuatan nyata Nahdhatul Ulama sehingga apa yang disampaikan Rais Aam di Munas dan Konbes salah satunya adalah aspek ekonomi,” kata Prof M Nuh.

Prof M Nuh juga menyebutkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan tetapi ia yakin bahwa dengan kepemimpinan dan organisasi yang luar biasa kesuksesan ini bisa tercapai. “Pekerjaan kita masih banyak tetapi yakinlah dengan semangat luar biasa kepemimpinan yang luar biasa organisasi yang luar biasa itu bisa kita capai,” pungkasnya. Sumber nuonline

KH Miftachul Akhyar menjelaskan cara Alllah memantapkan hati Nabi dalam berjuang

KH Miftachul Akhyar menjelaskan cara Alllah memantapkan hati Nabi dalam berjuang

Jakarta – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa Nabi Muhammad pernah mengalami kegalauan dalam berjuang sehingga Allah swt menceritakan kisah-kisah para nabi sebelumnya. Cerita tersebut dikisahkan kepadanya untuk memantapkan kembali hati dan tekad perjuangannya.

“Bahwa perjuanganmu manakala mendapatkan hal-hal rintangan, cercaan, hinaan, tudingan, tuduhan (maka) kamu akan tabah, kuat, sabar melanjutkan perjuangan karena hal ini telah dialami nabi dan rasul sebelum engkau,” ujarnya saat sambutan dalam Resepsi Harlah ke-102 NU di Istora Senayan, Jakarta pada Rabu (5/2/2025) malam.

Dari kisah tersebut, Kiai Miftach menegaskan bahwa di momentum harlah ini, juga penting untuk diceritakan bagaimana para pendiri NU berjuang dalam rangka memantapkan perjuangan Nahdliyin masa kini. “Di saat-saat situasi zaman yang masih minim dengan segala sarana prasarana, tetapi lahirlah organisasi yang besar, bahkan terbesar, bukan hanya di Indonesia, tetapi di dunia,” katanya.

Di samping itu, Kiai Miftach juga mengingatkan warga NU dan pemerintah Indonesia untuk membangun kesadaran diri guna membentuk generasi terbaik dan mapan.

“Bangunlah dirimu. Bangunlah kesadaranmu. Bangunlah kepribadianmu. Bangunlah kecerdasanmu. Bangunlah siapa engkau ini,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur itu.

Di akhir sambutannya, Kiai Miftach berharap agar Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2025 ini akan melahirkan aturan yang maslahat untuk umat. “Selamat berharlah, selamat untuk bermunas dan berkonbes. Semoga melahirkan aturan tatanan-tatanan yang maslahat untuk seluruh umat dan anak bangsa,” pungkasnya.

NU Sebagai informasi, acara ini dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden RI ke-13 KH Ma’ruf Amin, dan para menteri di Kabinet Merah Putih, dan para pejabat tinggi negara. Hadir juga para pimpinan Mudir Ali Jatman KH Ali Masykur Musa, Ketum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Ketum GP Ansor Addin Jauharuddin, Ketum PP IPNU M Agil Nuruz Zaman, Ketum PP IPPNU Whasfi Velasufah, serta ribuan kader NU lainnya. Sumber nuonline

Harlah PP Miftachussunnah : Menteri Agama RI Berkomitmen Bentuk Dirjen untuk Pondok Pesantren

Harlah PP Miftachussunnah : Menteri Agama RI Berkomitmen Bentuk Dirjen untuk Pondok Pesantren

JAKARTA,MS – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Hari Santri dan Hari Lahir Pondok Pesantren (Ponpes) Miftachussunnah Surabaya yang ke 42 tahun, Kamis, 14 November 2024. Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya selenggarakan Harlah dan istighosah kebangsaan dengan tema ‘Doa Kemaslahatan & Keselamatan Bangsa Indonesia’. Kegiatan yang dilaksanakan bertempat di Masjid Nasional Al-Akbar Jambangan Surabaya ini dihadiri oleh lebih dari 2000 peserta, yang terdiri dari para santri, mahasiswa, orang tua murid, masyarakat serta beberapa tamu undangan.

Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Nasaruddin Umar menyampaikan komitmennya untuk segera membentuk Direktorat Jenderal (Dirjen) khusus yang akan menangani dan mengayomi pondok pesantren. Hal ini disampaikan Menag Nasaruddin saat menghadiri perayaan Harlah ke-42 Pondok Pesantren Islam Miftachussunnah.

“Kementerian Agama segera membentuk Direktorat Jenderal yang akan mengurus sekaligus mengayomi pondok pesantren,”ucap Nasaruddin saat memberikan sambutan di acara Harlah Ponpes Miftachussunnah Surabaya (14/11/2024).

Dalam kesempatan yang sama Menag juga menekankan bahwa kini saatnya pondok pesantren merebut kembali masa kejayaannya, “Sudah waktunya pesantren menjadi tuan rumah di tanah airnya sendiri,” tambahnya.

Selain Nasaruddin, turut hadir juga ketua umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf beserta jajaran Nahdlatul Ulama (NU), Pengasuh Ponpes Miftachussunnah sekaligus Rais Aam PBNU, K.H. Miftachul Akhyar.

Event Harlah Miftachussunnah didukung penuh oleh Kinesis Monetary Indonesia, Bullion Ecosystem International dan Jakarta Futures Exchange untuk dapat lebih mengembangkan teknologi yg semakin bermanfaat utk pengembangan kualitas pendidikan yg semakin modern dan berkelas global bagi Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya terutama model pendanaan pendidikan Santri utk dapat mengakses pendidikan yg berkelas dunia.

Pada kegiatan ini dilakukan juga pemberian syahadah kepada puluhan santri yang telah berhasil menghafal kitab suci Al-quran. Tidak hanya itu, dikenalkan juga inovasi santri Ponpes Miftachussunnah Surabaya, yakni aplikasi yang dapat memberikan kemudahan dan membuat nabung emas menjadi lebih praktis, aman dan sesuai syariah yang diberi nama NUNOMICS. Transaksi fisik emas dalam bursa JFXGOLD X yang dapat dilakukan secara digital melalui aplikasi NUNOMICS merupakan inovasi anak bangsa yang tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk persiapan dana masa depan dan aset untuk lindung nilai, tetapi NUNOMICS juga memberi dukungan beribadah dengan tenang dan berkah melalui fitur Gold to Mecca nya.

“Hari ini bertepatan dengan hari lahirnya Miftachussunnah kita mulai bergerak dengan perkembangan zaman, jadi pondok pesantren Miftachussunnah juga sudah mulai merilis NUNOMICS Miftachussunnah. Platform ini hadir untuk generasi muda, supaya mereka sudah mulai berpikir untuk masa depan dengan menabung khususnya menabung fisik emas,”Ucap Norhadi MM – Pimpinan Ponpes Miftachussunnah Surabaya saat ditemui di Masjid Al-Akbar Surabaya.

Turut hadir Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Jawa Timur, Emil Dardak. Saat ditemui di Harlah ke-42 Ponpes Miftachussunnah beliau menyampaikan apresiasinya terhadap lahirnya aplikasi NUNOMICS sebagai inovasi yang dapat menjadi pelayanan prima bagi kegiatan dan amal usaha pondok pesantren Miftachussunnah.

“NUNOMICS bukan mengkonversi pesantren semata-mata menjadi lembaga ekonomi, tetapi bagaimana kiprah pesantren di tengah masyarakat akan semakin teramplifikasi manakala kita bisa menggaungkan tata niaga dan tata berusaha yang menggambarkan nafas keislaman. Saya sebagai ketua masyarakat ekonomi syariah Jawa Timur, tentu merasa sangat berbangga melihat salah satu pondok pesantren di jawa timur bisa melahirkan NUNOMICS, termasuk tabungan haji dan umroh yang memiliki lindung nilai dari dinamika yang terkait nilai tukar mata uang,” ucap Emil pada (14/11/2024).

“Teknologi yang diterapkan berbasis kecerdasan buatan yang menjadi layanan yang sangat prima bagi kegiatan atau amal usaha pondok pesantren miftachussunnah.” tambahnya.

Melalui pelaksanaan Harlah ke-42 ini diharapkan kedepannya pondok pesantren Miftachussunnah dapat terus berkembang dan selalu berjalan mengikuti kemajuan teknologi tanpa melupakan balutan unsur keislaman di dalamnya. Melalui NUNOMICS Ponpes MIftachussunnah membuktikan bahwa pondok pesantren dapat berkontribusi dalam memberikan inovasi guna mendukung sektor digital ekonomi syariah di Indonesia. dbs

KH Miftachul Akhyar Ungkap Tiga Pusaka NU

KH Miftachul Akhyar Ungkap Tiga Pusaka NU

Sampang, MS – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan tiga tongkat pusaka “kesaktian” (kebesaran) jam’iyah dan jamaah NU, yakni sami’na wa atho’na (kepatuhan terhadap ulama), tabayyun (klarifikasi), dan tertib regulasi (peraturan AD/ART).

“Sekarang, kesaktian NU masih jam’iyah, bukan jamaah, jadi organisasinya yang besar, tapi jamaahnya belum besar secara ekonomi atau tidak sejahtera, apa NU-nya kurang sakti,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/10/2024). Saat menghadiri pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sampang 2024-2029 pada Selasa (29/10/2024), Kiai Miftach mengutip perintah iqra atau membaca dalam Al-Qur’an itu disambungkan dengan perintah bismi Robbik, dengan nama Tuhanmu.

“Artinya, perintah ilmu atau baca itu menyatu dengan perintah Ibadah (ketuhanan atau shalat). Pintar, gelar, atau ilmu yang tinggi itu penting, tapi bukan iqra saja, bukan menjadi ulama atau ilmu saja, karena bisa melahirkan sikap mementingkan pribadi, kelompok, golongan. Tapi kalau dipadukan dengan atas nama Allah, maka akan ada kebersamaan,” katanya. Pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu mencontohkan Sampang yang sejak dulu dikenal tidak mempunyai gedung bioskop atau tempat kemaksiatan, bahkan NU-nya 99 persen, tapi kenapa masyarakatnya masih belum baik secara kesejahteraan.

“Kebesaran secara jam’iyah (organisasi) dan secara jamaah (anggota) yakni sami’na wa atho’na (kepatuhan pada ulama); tabayyun (klarifikasi bila ada informasi yang tidak jelas tentang NU dan jamaah NU); dan tertib regulasi/peraturan AD/ART (kepatuhan pada hasil kesepakatan),” katanya.

Apalagi, NU adalah organisasi  pelayanan dari para ulama kepada umat atau bangsa. Khidmah itu tidak ada perebutan, permusuhan, saling hasut, dan hal-hal negatif, namun khidmah itu justru menjadikan NU sebagai rahmatan lil alamin bagi semuanya. “Kalau ada yang bilang bahwa kebenaran agama itu ditegakkan dengan perang, seperti ada dalam salah satu dari 40 hadits dalam Arbain An-Nawawiyah, maka perintah perang itu harus dipahami bukan sebagai aksi, tapi reaksi atau mempertahankan diri. Justru, Islam berkembang karena jujur, adil, dan akhlak, banyak non-Muslim tertarik di situ,” katanya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan bahwa NU itu besar sejak lahir pada tahun 1926. NU didirikan untuk misi internasional, yaitu keperluan untuk mengirim utusan Komite Hijaz dalam misi internasional.  “Tahun 1937 dengan prakarsa NU mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang menaungi 13 organisasi Islam, dan pada tahun itu 95 persen umat Islam Indonesia menyatu,” kata Gus Kikin, sapaan akrabnya, dalam pelantikan KH Syafiuddin Abd Wahid dan KH Itqon Bushiri yang kembalij memimpin PCNU Sampang 2024-2029.

Akhirnya, NU berperan sampai pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Pada saat itu, para tokoh nasional, para pejuang dan muassis (pendiri) NU bersatu atau membangun ukhuwah untuk melawan penjajah hingga meraih kemerdekaan.   “Kita refleksikan sekarang dalam membangun ukhuwah mendampingi umat dalam memerangi masa depan, termasuk dalam masa Pilkada ini, PCNU Sampang harus bisa menjadi penyeimbang terjadinya perbedaan-perbedaan, dan mampu menghadirkan harmoni bagi masyarakat Sampang,” katanya. nuo

 

Menag Nasaruddin Umar hadiri Harlah PonPes Miftachussunnah

Menag Nasaruddin Umar hadiri Harlah PonPes Miftachussunnah

Jakarta, MS – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan komitmennya untuk segera membentuk Direktorat Jenderal (Dirjen) khusus yang akan menangani dan mengayomi pondok pesantren.

Hal ini disampaikan Menag Nasaruddin saat menghadiri perayaan Harlah ke-42 Pondok Pesantren Islam Miftachus Sunnah II, Istighosah Kebangsaan dan Peringatan Hari Pahlawan di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya, Kamis (14/11).

“Kementerian Agama segera membentuk Direktorat Jenderal yang akan mengurus sekaligus mengayomi pondok pesantren,” ujar Nasaruddin dikutip kemenag.go.id.

Dalam acara yang juga dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, Pimpinan Pondok Pesantren Islam Miftachus Sunnah II KH Miftachul Akhyar, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Muzakki, serta sejumlah pejabat dan santri.

Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang murni lahir dari bumi Nusantara. Ia menegaskan bahwa pesantren telah menjadi perintis dunia pendidikan yang sistematis di Indonesia bahkan sebelum kedatangan penjajah Belanda.

“Seandainya Indonesia tidak dijajah Belanda, perguruan tinggi yang berkembang saat ini mungkin adalah Universitas Termas, Universitas Lirboyo, Universitas Tebu Ireng, dan universitas-universitas dari pesantren lainnya. Bukan UI, ITB, atau IPB,” ujarnya.

Menag Nasaruddin juga menekankan bahwa kini saatnya pondok pesantren merebut kembali kejayaannya, seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

“Sudah waktunya pesantren menjadi tuan rumah di tanah airnya sendiri,” tambahnya.

Lebih lanjut, Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa terbitnya Undang-Undang Pesantren merupakan bukti nyata dari komitmen Kementerian Agama untuk memberikan eksistensi dan legitimasi terhadap keberadaan pondok pesantren di Indonesia.

“Tugas kami selanjutnya adalah memastikan kelanjutan eksistensi pondok pesantren,” ujar Menag.

Menag juga menyinggung keunggulan sistem pendidikan di pesantren, khususnya dalam penanaman karakter. Ia mengungkapkan bahwa sistem pemondokan (boarding) yang diterapkan di pesantren sangat efektif dalam mendidik santri.

 

“Di pesantren, pengawasan terhadap santri dilakukan selama 24 jam, menjadikan pesantren tempat yang efektif untuk penanaman karakter,” terangnya.

Sistem boarding yang diterapkan di pesantren, menurut Menag, juga telah diadopsi oleh sekolah-sekolah di luar negeri, seperti di Inggris dan Australia, sebagai bagian dari upaya mereka dalam mendidik karakter siswa.

“Keunggulan ini menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam membentuk karakter bangsa,” pungkas Menag Nasaruddin. dbs

KH Miftachul Akhyar : NU bukan Nunut Urip tapi Noto Urip

KH Miftachul Akhyar : NU bukan Nunut Urip tapi Noto Urip

MSnews – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengatakan bahwa NU adalah organisasi yang bertujuan untuk menata hidup bukan ikut hidup. Hal tersebut berupaya untuk mewujudkan kemaslahatan dunia secara keseluruhan “NU bukan nunut urip tapi noto urip (NU bukan ikut hidup tapi menata hidup),” kata Kiai Miftach dalam pembukaan Konferensi Besar NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, waktu lalu.

Kiai Miftach menganjurkan untuk mengikuti perintah organisasi NU yang dimulai dari komando garis perintah pimpinan paling tertinggi NU. “Oleh karena itu di beberapa tempat saya sampaikan, isma athi’u (dengarkan taatilah) karena itu sangat dipesankan Rasulillah saw. Jamiyyah yang Mardhiyyah (NU) ini organisasi terbesar sedunia bahkan terbesar dunia dan akhirat. Ini nikmat yang besar diberikan kesempatan ikut nata, disamping memperbaiki diri,” jelas Kiai Miftach.

Kiai Miftach mengungkapkan, untuk menata kehidupan warga NU dan masyarakat harus dapat menerjemahkan makna agama Islam secara benar ke seluruh penjuru dunia.

“Inilah NU ingin memerankan, ingin menjadi mutarjim (penerjemah) semampunya menerjemahkan dakwah islamiyah yang besar, dakwah yang merangkul tidak memukul, dakwah yang  membina tidak menghina, dakwah yang menyayangi tidak menyaingi dan dakwah yang simpatik,” tegasnya.

Kiai Miftach juga menyampaikan, untuk membangkitkan NU. Ia mengajak untuk adil dalam menilai seseorang, sehingga tidak boleh salah menilai sesuai dengan kemampuan masing-masing.

“Apa yang dianggap besar, punya nilai ya kita besarkan, mengagumkan apa yang memang agung dan mengecilkan apa yang hakikatnya kecil karena ulama adalah sosok yang mampu memberikan mereka yang punya hak. Memberikan hak mereka yang memang haknya,” ungkapnya.

“Ini sebetulnya makna versi (saya) dalam memaknai NU,” sambung Kiai Miftach. Tindakan tersebut, menurut Kiai Miftach sesuai dengan perintah agama Islam yang berkutat pada syariat yang diturunkan Allah kepada para hambanya.

“Karena agama kita sebagai agama yang terakhir, tentu lebih sempurna dari agama yang terakhir tentu lebih sempurna dari agama sebelumnya dan menyempurnakan dari kekurangan agama lain,” katanya. (nuonline)

 

Gus Yahya Ketum PBNU: Muslimat Kuat, Indonesia Kuat!

Gus Yahya Ketum PBNU: Muslimat Kuat, Indonesia Kuat!

Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menghadiri perayaan Harlah ke-78 Muslimat NU yang digelar di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, waktu lalu.

Di hadapan ratusan ribu kader Muslimat NU, Gus Yahya menyampaikan ucapan selamat ulang tahun dan mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur dalam menyongsong tahun kedua di abad kedua NU.  “Selamat ulang tahun ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama. Selamat mensyukuri, merayakan, menikmati ulang tahun ke-101 NU,” kata dia.

“Kita yakin Allah swt tidak henti-hentinya mencurahkan berkah, mencurahkan rahmat kepada kita semua,” kata Gus Yahya. ad Gus Yahya juga menekankan peran kuat Muslimat NU dalam memperkuat Indonesia. Dengan penuh keyakinan, dia mengulangi sebanyak tiga kali frasa yang menjadi semboyan, “Muslimat kuat, Indonesia kuat. Ibu-ibu Muslimat memperkuat Indonesia.”

“Ibu-ibu Muslimat siap bergerak bersama menopang kejayaan bangsa dan negara,” lanjut dia.  “Muslimat kuat, Indonesia kuat. Muslimat kuat, Indonesia kuat. Muslimat kuat, Indonesia kuat,” tegasnya.  Gus Yahya juga memberi penghormatan kepada para nyai-nyai, tokoh perempuan yang memiliki peran sentral dalam mendidik dan membimbing jamaah serta santri. Dia menyoroti kerelaan mereka untuk duduk sama rendah di lantai stadion, berdampingan dengan berbagai lapisan masyarakat.

 “Di antara lautan ibu-ibu ini, tidak sedikit nyai-nyai dengan ribuan santri, nyai-nyai yang disayangi jamaahnya, ditakuti kiai-kiai. Semuanya rela dengan suka cita mendelosoh (duduk lesehan) sama rendah di lantai stadion ini, bersebelahan dengan bakul lombok, bersebelahan dengan pedagang kelontong, semua rela duduk sama rendah karena semua tahu dan paham bahwa kita setara. Tidak laki-laki, tidak perempuan, semuanya setara,” tegas Gus Yahya.

Perayaan Harlah ini bukan hanya sebagai peringatan usia Muslimat NU, tetapi juga momentum untuk memperkuat solidaritas dan semangat kesetaraan di kalangan umat. Gus Yahya berharap agar semangat ini terus berkobar dan memberikan dampak positif bagi kemajuan Indonesia. “Karena NU didirikan dengan cita-cita peradaban. Dan cita-cita peradaban harus dimulai dengan negara yang kuat,” jelas dia. Untuk mendirikan negara yang kuat, ibu-ibu adalah kunci, karena perempuan adalah tiang negara,” pungkasnya. nuo

KH Miftachul Akhyar Ajak NU dan Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan

KH Miftachul Akhyar Ajak NU dan Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan

 Jakarta – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengajak seluruh jajaran NU, Banom serta masyarakat luas untuk menghindari kekacauan, kegaduhan, dan taat pada pemimpin. Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa waktu lalau .

 “Saya minta kepada jajaran NU beserta banomnya, mari berikan ketaatan, itu keindahan NU. Bukan karena pimpinan ingin ditaati. Karena ketaatan adalah modal besar,” jelasnya.

Kiai Miftah menambahkan, dalam NU, yang berakidah Ahlussunah wal Jamaah, warga akan selalu menunjukkan sikap dan taat kepada pimpinan. Mendengarkan dengan sesungguhnya dan menaati apa yang sudah jadi keputusan pemimpin.  Pemimpin yang dimaksud di sini bisa bermakna pimpinan organisasi, pimpinan negara, ulil amri, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama. Secara darurat pemimpin negara adalah pemimpin yang harus ditaati.

 “Sehingga barang siapa yang menaati pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya,” tegas tokoh asal Surabaya ini. Dikatakannya, apabila pemimpin sudah disepakati maka harus ditaati. Jika tidak sepakat dengan kebijakan atau keputusan maka jangan berkhianat.

 Hal tersebut untuk menjaga ketentraman, jangan sampai langkah dan ucapan karena tidak suka dengan pemimpin membuat gaduh di tengah masyarakat. Terjadi perpecahan di mana-mana dan menyebabkan kerusakan lebih besar.

Dalam pandangan Kiai Miftah, barang siapa menghinakan para pemimpin, menyebarkan kabar buruk tentang pemimpin yang bertujuan merusak nama baiknya, meremehkan pemimpin maka Allah akan membalasnya.  Dikarenakan, orang yang hobi menyebarkan kabar jelek, terhadap orang yang telah beriman kepada Allah. Maka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia dan akhirat. “Karena ciri karakter orang NU, menyimpan rasa saudaranya. Apalagi kabar tersebut tidak valid, tanpa tabayun, klarifikasi,” tandasnya. nuo

 

 

Jokowi-KH Ma’ruf Amin jadi Pembina Pimpinan Pusat Pagar Nusa Masa Khidmah 2023-2028

Jokowi-KH Ma’ruf Amin jadi Pembina Pimpinan Pusat Pagar Nusa Masa Khidmah 2023-2028

Jakarta – Pada Peringatan Hari Santri 2023, Jajaran Pengurus Pimpinan Pusat (PP) Pagar Nusa masa khidmah 2023-2028 telah resmi dikukuhkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf. Prosesi pengukuhan ini berlangsung di Lapangan Akademi Militer Angkatan Laut Jala Krida Mandala, Bumi Moro, Surabaya, Jawa Timur, pada hari Minggu (22/10).
Pimpinan Pusat Pagar Nusa 2023-2028 telah disahkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Surat Keputusan Nomor 246/PB.01/A.II.01.37/99/10/2023.

Selama prosesi pengukuhan, Surat Keputusan tersebut dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PBNU, H. Saifullah Yusuf. Mengutip laman NU Online, Selasa (24/10/2023) berikut adalah susunan Pengurus PP Pagar Nusa masa khidmah 2023-2028:

Susunan PP Pagar Nusa 2023-2028
Dewan Pelindung
KH Miftachul Akhyar
KH Yahya Cholil Staquf

Dewan Pembina

Ir H Joko Widodo
Prof Dr KH Ma’ruf Amin
Dr (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri
KH Muhammad Anwar Manshur
KH Nurul Huda Djazuli
Prof Dr KH Said Aqil Siroj, MA
KH Abdulloh Kafabihi Mahrus
Habib Luthfi bin Yahya
KH Cholil As’ad Syamsul Arifin
KH Chalwani Nawawi
KH Anwar Iskandar
KH Akhmad Said Asrori
KH As’ad Said Ali
KH An’im Falahuddin Mahrus
KH Aizuddin Abdurrahman, SH
KH Musthofa Aqil
KH Abdul Hakim Mahfudz
KH Irfan Yusuf Hasyim
KH Rizal Yusuf Hasyim
KH Ahmad Bahauddin Nursalim
TGH Turmudzi Badruddin
Drs H Saifullah Yusuf
Sayyid Hilal Al Aidid
KH Zulfa Mustofa
H Umarsyah HS
Habib Muhammad Al Hamid
Habib Musthofa Alaydrus
KH Fuad Anwar
KH Suwadi Damartyas Pranoto
KH Mimih Haeruman
H M Hasanuddin Wahid
KH Muhammad Muhtadi
Jenderal Polisi (Purn) Prof Dr Budi Gunawan
Letjen TNI (Purn) H Prabowo Subianto
Marsekal TNI (Purn) Dr (HC) Hadi Tjahjanto
Jenderal Polisi Drs Listyo Sigit Prabowo, MSi
Laksamana TNI Yudo Margono, SE., MM., CSFA
Jenderal Polisi (Purn) Prof Drs H Muhammad Tito Karnavian BA., MA., PhD
Dr (HC) H Yaqut Cholil Qoumas
H Eddy Marzuki Nalapraya
Dr H Dany Amrul Ichdan, SE., MM
Dr Ahmad Basarah, SH., MH
H Yusroni, SH
Muhammad Riza Yusuf Hasyim

Dewan Khos
KH Badrul Huda Zainal Abidin
KH Muhtadi Dimyathi
KH Drs Choedry Irawan AF
KH Abdul Ghofur
KH Husein Ilyas
Tengku Bagindo Letter
TGK Nuruzzahri
KH Ratu Bagus Syah Syar’i Mertakusuma
KH Muzakki Syah
KH Abdul Hannan Ma’shum
KH Sadid Jauhari
KH Tajul Mafakhir
KH Muhyidin Thohir
KH Muhammad Ali Cholil
KH M Haidar Affandi
KH Munfasir
KH Syarif Rahmat
KH Muntaha Syafaat
Ny Hj Diana Susilowati
KH Moch Lamro
KH Sholahuddin Al Ayubi
KH Achmad Labib Asrori
KH Ali Pono
KH Elang Mangkubumi
Majelis Pendekar
KH Ubaidillah Ruhiyat
KH Abdul Lathief
KH Zainal Suwari
KH Nadziri
KH Ahmad Rofiuddin Munfasir
KH Sholehuddin
KH Nur Khamid
KH Rosikh Roghibi
KH R Otong As Syarief
K Jayusman
KH Ali Mustafidz Hadi
KH Akhmad Fadlun Sy
Kiai Agus Maulana
Mohamad Nasir
K Ubaidillah Suwito

Pengurus Harian
Ketua Umum: Muchamad Nabil Haroen
Wakil Ketua Umum: Edy Junaedi
Wakil Ketua Umum: Muchtaruddin
Wakil Ketua Umum: Sholahul Aam Notobuwono
Wakil Ketua Umum: Letjen TNI (Purn) Ganip Warsito
Wakil Ketua Umum: Andre Rizqon Maulana
Wakil Ketua Umum: Ahmad Sudrajat
Wakil Ketua Umum: Athoillah Habib
Wakil Ketua Umum: Miftakul Aziz
Wakil Ketua Umum: Mohd Indrawan Husairi
Ketua: Muhammad Nashrul Fani
Ketua: Yakob Muhammad
Ketua: Muadz Amsyari
Ketua: H Tubagus Haerul Jaman, BSc., SE
Ketua: Sastro Adi Wiyono
Ketua: Nagian Imawan
Ketua: Malik
Ketua: Muamarullah
Ketua: Anjani Amitya Kirana
Ketua: Edi Witjara
Ketua: Muhammad Mabrur
Ketua: Prof Dr H Dadang Hartanto
Ketua: Nashrulloh Affandi
Ketua: Prof Setiyo Gunawan, PhD
Ketua: Yusuf Effendi
Ketua: Yusuf Dullahi
Ketua: H M Giri Ramanda N Kiemas, SE., MM
Ketua: Mohamad Sofwan
Ketua: Hasbi Jayabaya
Ketua: Dindin Solakhuddin
Sekretaris Umum: Munawir Aziz
Sekretaris: Ahmad Saifuddin Zuhri
Sekretaris: Ahmad Athoillah
Sekretaris: Iden Robert Ulum
Sekretaris: H Didik Suyuthi
Sekretaris: Yulistianto
Sekretaris: Najih Fikriyah
Sekretaris: Abdullah Imam
Sekretaris: Ki Ardhi Purboantono
Sekretaris: Ary Agus Maftuhin
Sekretaris: Titin Wahyuningsih
Sekretaris: Slamet Ariyadi
Sekretaris: Hasani bin Zuber
Sekretaris: Yudhi Triawan
Sekretaris: Radityo Ariadi Nugroho
Sekretaris: Uus Supriyadi
Sekretaris: Dr Abdulloh Hamid
Sekretaris: Suryananda
Sekretaris: Noer Syamsi Zakaria
Sekretaris: Hary Sasmito
Sekretaris: Moh An’am Nazily
Sekretaris: Muhammad Rafiudin
Sekretaris: Muhammad Syueb, SAg
Sekretaris: Agus Bahauddin
Sekretaris: Lalu Murakip Utsman
Sekretaris: Sihab Al Ma’ie
Sekretaris: Ahmad Farikul Badi’
Sekretaris: Hartawan Candra Malik
Sekretaris: Ahmad Fadillah
Bendahara Umum: Moh Rogib
Bendahara: Sumardi
Bendahara: Indrajaya
Bendahara: Taufan Wibisono
Bendahara: Dinny Farwita
Bendahara: Muh Sirojuddin
Bendahara: Zulfikar Limolang
Bendahara: Abdul Rohim Musanip
Bendahara: Muhammad Fairuzabady El Naguib
Bendahara: Fakih Nur Sofyan
Bendahara: H Mochamad Sholeh, ST
Bendahara: Husni Mubarok Nurjamil
Bendahara: Yudi Sufredi
Bendahara: Hadiqun Nuha
Bendahara: Tubagus Udrasengsana
Bendahara: Asep Satriana, SPd
Bendahara: Alfiyan Toni, MSi
Bendahara: Dicky Tjahyono Budi Prasetyo
Bendahara: Dr Syafitri Irwan
Bendahara: Endang Marhumah Sari
Bendahara: Hafidz Ismail
sbr.dtk

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com