https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

January 2024 – Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah
Gus Yahya Ketum PBNU: Muslimat Kuat, Indonesia Kuat!

Gus Yahya Ketum PBNU: Muslimat Kuat, Indonesia Kuat!

Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menghadiri perayaan Harlah ke-78 Muslimat NU yang digelar di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, waktu lalu.

Di hadapan ratusan ribu kader Muslimat NU, Gus Yahya menyampaikan ucapan selamat ulang tahun dan mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur dalam menyongsong tahun kedua di abad kedua NU.  “Selamat ulang tahun ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama. Selamat mensyukuri, merayakan, menikmati ulang tahun ke-101 NU,” kata dia.

“Kita yakin Allah swt tidak henti-hentinya mencurahkan berkah, mencurahkan rahmat kepada kita semua,” kata Gus Yahya. ad Gus Yahya juga menekankan peran kuat Muslimat NU dalam memperkuat Indonesia. Dengan penuh keyakinan, dia mengulangi sebanyak tiga kali frasa yang menjadi semboyan, “Muslimat kuat, Indonesia kuat. Ibu-ibu Muslimat memperkuat Indonesia.”

“Ibu-ibu Muslimat siap bergerak bersama menopang kejayaan bangsa dan negara,” lanjut dia.  “Muslimat kuat, Indonesia kuat. Muslimat kuat, Indonesia kuat. Muslimat kuat, Indonesia kuat,” tegasnya.  Gus Yahya juga memberi penghormatan kepada para nyai-nyai, tokoh perempuan yang memiliki peran sentral dalam mendidik dan membimbing jamaah serta santri. Dia menyoroti kerelaan mereka untuk duduk sama rendah di lantai stadion, berdampingan dengan berbagai lapisan masyarakat.

 “Di antara lautan ibu-ibu ini, tidak sedikit nyai-nyai dengan ribuan santri, nyai-nyai yang disayangi jamaahnya, ditakuti kiai-kiai. Semuanya rela dengan suka cita mendelosoh (duduk lesehan) sama rendah di lantai stadion ini, bersebelahan dengan bakul lombok, bersebelahan dengan pedagang kelontong, semua rela duduk sama rendah karena semua tahu dan paham bahwa kita setara. Tidak laki-laki, tidak perempuan, semuanya setara,” tegas Gus Yahya.

Perayaan Harlah ini bukan hanya sebagai peringatan usia Muslimat NU, tetapi juga momentum untuk memperkuat solidaritas dan semangat kesetaraan di kalangan umat. Gus Yahya berharap agar semangat ini terus berkobar dan memberikan dampak positif bagi kemajuan Indonesia. “Karena NU didirikan dengan cita-cita peradaban. Dan cita-cita peradaban harus dimulai dengan negara yang kuat,” jelas dia. Untuk mendirikan negara yang kuat, ibu-ibu adalah kunci, karena perempuan adalah tiang negara,” pungkasnya. nuo

KH Miftachul Akhyar Ajak NU dan Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan

KH Miftachul Akhyar Ajak NU dan Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan

 Jakarta – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengajak seluruh jajaran NU, Banom serta masyarakat luas untuk menghindari kekacauan, kegaduhan, dan taat pada pemimpin. Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa waktu lalau .

 “Saya minta kepada jajaran NU beserta banomnya, mari berikan ketaatan, itu keindahan NU. Bukan karena pimpinan ingin ditaati. Karena ketaatan adalah modal besar,” jelasnya.

Kiai Miftah menambahkan, dalam NU, yang berakidah Ahlussunah wal Jamaah, warga akan selalu menunjukkan sikap dan taat kepada pimpinan. Mendengarkan dengan sesungguhnya dan menaati apa yang sudah jadi keputusan pemimpin.  Pemimpin yang dimaksud di sini bisa bermakna pimpinan organisasi, pimpinan negara, ulil amri, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama. Secara darurat pemimpin negara adalah pemimpin yang harus ditaati.

 “Sehingga barang siapa yang menaati pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya,” tegas tokoh asal Surabaya ini. Dikatakannya, apabila pemimpin sudah disepakati maka harus ditaati. Jika tidak sepakat dengan kebijakan atau keputusan maka jangan berkhianat.

 Hal tersebut untuk menjaga ketentraman, jangan sampai langkah dan ucapan karena tidak suka dengan pemimpin membuat gaduh di tengah masyarakat. Terjadi perpecahan di mana-mana dan menyebabkan kerusakan lebih besar.

Dalam pandangan Kiai Miftah, barang siapa menghinakan para pemimpin, menyebarkan kabar buruk tentang pemimpin yang bertujuan merusak nama baiknya, meremehkan pemimpin maka Allah akan membalasnya.  Dikarenakan, orang yang hobi menyebarkan kabar jelek, terhadap orang yang telah beriman kepada Allah. Maka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia dan akhirat. “Karena ciri karakter orang NU, menyimpan rasa saudaranya. Apalagi kabar tersebut tidak valid, tanpa tabayun, klarifikasi,” tandasnya. nuo

 

 

K.H. M. Cholil Nafis Ph.D : Pondok Pesantren Tempat Mencetak Generasi Berkualitas

K.H. M. Cholil Nafis Ph.D : Pondok Pesantren Tempat Mencetak Generasi Berkualitas

Surabaya, MS2 – Tradisi keilmuan di Pondok Pesantren merupakan tempat mencetak generasi bangsa yang berkualitas, dikarenakan adanya penggabungan antara kurikulum pengetahuan umum dan agama, hal ini disampaikan oleh K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D. waktu lalu.

“Tidak semua kita diberi kesadaran untuk memondokkan anak-anaknya. Di pesantren ilmu itu syarat akan sanad. Jadi jelas kita belajar dengan siapa, lalu guru kita belajar kepada siapa. Tidak sembarangan dan asal-asalan tradisi keilmuannya,” ungkapnya.

Dia mengatakan sanad memiliki kedudukan sangat penting selama proses belajar, khususnya ilmu agama. Hal ini dikarenakan apa yang telah kita perbuat termasuk belajar, semuanya akan dimintai dipertanggugjawaban di hadapan Allah.

Menurut Kiai Cholil, pilihan orang tua untuk mendidik anaknya pondok pesantren bukan atas dasar dengki, namun bentuk kasih sayang kepada anak masa depan dirinya, bangsa, hingga dunia.

“Sekarang kita bisa lihat, banyak orang yang tidak jelas gurunya siapa, akhirnya banyak yang merujuk dan bertanya kepada Google. Ujung-ujungnya pemahaman mereka salah dan memicu lahirnya aliran sesat, karena belajar agama tidak memiliki guru,” jelas Kiai Cholil.

Di samping itu, Kiai Cholil menyampaikan bahwa bukan sesuatu yang mustahil apabila Nabi Muhammad menerima langsung wahyu Alquran dari Allah. Akan tetapi justru yang terjadi adalah Nabi menerima wahyu melalui perantara Malaikat Jibril.

Di sinilah isyarat yang Allah ajarkan bahwa adanya sanad dan sambungan ilmu dalam agama bukan sembarangan dan akal-akalan belaka. Bahkan dengan tegas Kiai Cholil mengingatkan jika seseorang belajar ilmu agama secara otodidak maka gurunya adalah setan.

“Jangan takut jadi santri atau hanya karena belajar di pesantren. Sudah banyak teladan bahwa santri bisa jadi pemimpin bangsa. Mulai dari jadi presiden contohnya Gus Dur, wakil presiden KH. Ma’ruf Amin, bahkan yang jadi menteri tidak terhitung jumlahnya, apalagi yang menjabat sebagai anggota dewan,” pungkasnya. mui

 

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com