https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

Tentang Pondok – Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah
Menyimak Pengalaman Nyantri KH Miftachul Akhyar

Menyimak Pengalaman Nyantri KH Miftachul Akhyar

MSNews – KH Miftachul Akhyar merupakan sosok pimpinan tertinggi di jamiyah Nahdlatul Ulama. Kiai asal Surabaya ini menjabat sebagai Rais Aam PBNU masa khidmah 2022-2027 sebagaimana hasil dari Muktamar NU ke-34 yang diselenggarakan di Lampung pada 2021 lalu. Sebagai pimpinan tertinggi NU, tentunya banyak yang mencari profil kiai yang merupakan putra kedelapan dari tiga belas bersaudara dari KH Abdul Ghoni ini, terutama latar belakang atau pengalaman nyantri Kiai Miftah.

Menuntut ilmu di pondok pesantren atau nyantri menjadi pengalaman berharga bagi banyak orang. Termasuk bagi tokoh yang saat ini memimpin organisasi Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar. Ulama asal Surabaya itu kini menjabat sebagai Rais Aam PBNU masa khidmah 2022-2027. Dalam video berjudul Pengalaman Menjadi Santri – Lebih Dekat KH Miftachul Akhyar yang diunggah di YouTube NU Online, Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Surabaya ini menceritakan pengalaman nyantrinya.

Kiai Miftach menyebut, pendidikannya semasa kecil ada di lingkungan rumah, pernah sekolah di Sekolah Rakjat atau SR (kini SD) namun hanya sampai kelas 5 saja. “Sejak kecil saya pendidikannya ya di rumah, dulu ada sekolah SR, ikut pendidikan itu sampai kelas 5. Jadi kemungkinan usia-usia yang masih 8 tahun, lalu mondok,” kata Kiai Miftach.

Nyantri di Tambak Beras dan Sidogiri Kiai Miftach menyampaikan bahwa ia pernah nyantri di Tambak Beras Jombang. Namun durasinya tidak begitu lama. “Mondoknya ini pernah ke Tambak Beras, tapi sejak kecil,” ucap kiai yang pernah menjadi Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur masa khidmah 2007-2015 ini.

“Kira-kira tiga tahun di Tambak Beras, ya belum selesai, lalu pindah pada tahun 1967-1969 saya di Sidogiri, saya sampai kelas satu tsanawiyah. Jadi sempat ikut ujian MI-nya, ibtidaiyahnya, kan sana diakui ya,” tambahnya. ad Kiai Miftach melanjutkan ceritanya, ia pernah berhenti sejenak mondok selama satu tahun pada 1970-an. Kiai Miftah sampai kena marah abahnya.

“Setelah itu kira-kira tahun 1970-an, saya di rumah, istilahnya tidak mondok lah. Setelah satu tahun di pondok, abah marah terus karena saya sudah mutung, tidak mau mondok sampai-sampai saya tidak disapa selama satu tahun, tidak diperhatikan,” bebernya.

“Baru saya sedikit ada kesadaran, kalau begini terus saya bagaimana? Pergaulan hampir terpengaruh dengan anak-anak di Surabaya. Alhamdulillah akhirnya timbul kesadaran, saya mau mondok lagi, tapi saya meminta pondok yang tidak ada sekolahnya,” ungkap Kiai Miftach. Lanjut nyantri di Lasem Setelah timbul kesadaran dan memberikan persyaratan jika mondok kembali, akhirnya Kiai Miftach melanjutkan kembali perjalanannya nyantri dan Pesantren Al-Ishlah Lasem asuhan Syekh Masduqi.

“Akhirnya di Lasem itu, tahun 1971 saya mondok di lasem. Alhamdulillah sampai 3 tahun, tahun 1974 saya pulang,” ungkapnya. Rencananya, jelas Kiai Miftah, saat pulang itu dirinya hendak melanjutkan belajar di Makkah di tempat Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, namun karena sakit rencana tersebut terpaksa kandas.

“Waktu pulang itu saya maunya ke Makkah, karena waktu itu Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki mau menerima pelajar atau santri dari Indonesia, tapi saya sakit selama satu tahun. Akhirnya tidak jadi ke Makkah,” jelasnya. “Di pertengahan sakit itu, keluarga dari Lasem datang ke Surabaya untuk menikahkan saya. Jadi saya nikah usia muda, kira-kira 21-22 tahun, tahun 1975 menikah, kira-kira sampai tahun 77 saya di Lasem, setelahnya saya bawa ke Surabaya,” tambahnya.

Menurut Kiai Miftach, alasan dirinya mondok di Lasem adalah karena petunjuk dari kakak iparnya. “Saya di Lasem di Kiai Masduqi, di Al-Ishlah, karena kebetulan kakak ipar saya sekurun dengan Kiai Mustofa Lekok, Kiai Dahlan Al-Hafidz Peneleh itu, mondoknya bersama jadi satu, ini yang memberi petunjuk saya untuk ke Lasem,” urainya.

“Bahkan saya diantar ke Lasem, jadi ke sana tidak diantar oleh abah karena masih marah, baru sekitar dua bulan abah baru nyambangi karena saya mau mondok lagi. Ya seperti itulah pengalaman, jadi tidak banyak,” imbuh Kiai Miftach.

Nyantri dengan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Sekitar tahun 1977-1978, keinginan Kiai Miftach untuk mengaji dengan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki terwujud. Namun sedikit berbeda daripada keinginan awalnya, kali ini Kiai Miftach di Malang pada saat Sayyid Muhammad sedang ada di sana.

“Kira-kira tahun 1977-1978 itu kan Sayyid Muhammad ke Indonesia, beliau tinggal di Malang, saya dipanggil. Ada 15 pemuda dipanggil untuk ikut daurah, tiap Sabtu-Rabu, saya di Malang, nanti pulang, itu berjalan sampai 6-8 bulan. Itu daurah ula, tapi setelah itu tidak ada daurah lagi,” jelas Kiai Mitach. “Jadi pada saat itu ada Kiai Masbuchin, Kiai Muchith, Kiai Midkhal, dari Langitan ada, ada 15 dari luar Jawa. Dari Sarang ada Gus Najih tapi masih kecil dan datangnya menyusul,” imbuh dia. (nuonline)

KH Miftachul Akhyar  Sebut Bonus Demografi Harus Diimbangi Kecerdasan Spiritual

KH Miftachul Akhyar  Sebut Bonus Demografi Harus Diimbangi Kecerdasan Spiritual

Jakarta – Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengingatkan tentang pentingnya menyiapkan generasi bangsa dengan kecerdasan spiritual guna menyambut datangnya bonus demografi, yaitu sebuah kondisi penduduk Indonesia yang akan didominasi oleh usia-usia produktif. “Kira-kira pada tahun 2030-2035, Indonesia akan mengalami yang disebut bonus demografi. Bahkan, ada yang mengatakan tahun 2025 saja sudah dimulai,” ungkap Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar waktu lalu. Continue reading →

Pesantren Berpengalaman Membina dan Mencerdaskan Masyarakat

Pesantren Berpengalaman Membina dan Mencerdaskan Masyarakat

Surabaya, MS2 – Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kontribusi penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga ini layak diperhitungkan dalam pembangunan bangsa di bidang pendidikan, keagamaan, dan moral.

Dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman luar biasa dalam membina, mencerdaskan, dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.

Pesantren telah lama menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua komponen masyarakat, termasuk dunia pesantren. Karena itu, sudah semestinya pesantren yang telah memiliki nilai historis dalam membina dan mengembangkan SDM ini terus didorong dan dikembangkan kualitasnya.

Pengembangan dunia pesantren ini harus didukung secara serius oleh pemerintah yang terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Mengembangkan peran pesantren dalam pembangunan merupakan langkah strategis dalam membangun pendidikan.

Dalam kondisi bangsa saat ini krisis moral, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit reformasi gerakan moral bangsa. Dengan begitu pembangunan tidak menjadi hampa dan kering dari nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam eksistensinya, pesantren pada umumnya bersifat mandiri dan tidak tergantung pada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Dengan sifat kemandiriannya inilah pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan Islam. Pesantren pun tidak mudah disusupi oleh aliran atau paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Sedikitnya ada tiga unsur utama penopang eksis dan tidaknya pesantren dalam pendidikan, yaitu kiai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri, kurikulum pondok pesantren, dan sarana peribadatan serta pendidikan, seperti masjid, rumah kiai, pondok, madrasah, dan bengkel-bengkel keterampilan. Unsur-unsur tersebut mewujud dalam bentuk kegiatannya yang terangkum dalam Tridharma Pondok Pesantren, yaitu pembinaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, pengembangan keilmuan dan keahlian yang bermanfaat, serta pengabdian pada agama, masyarakat, dan negara.

Sudah saatnya kita lebih memperhatikan dunia pendidikan pesantren. Pesantren harus ditempatkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Pesantren telah memberikan kontribusi nyata dalam melahirkan generasi berkualitas dan mampu menjaga moralitas bangsa. reb

 

 

Prof. Imam Supyayogo : Kyai dan Pondok Pesantren

Prof. Imam Supyayogo : Kyai dan Pondok Pesantren

MS2, Malang – Jika kemarin pagi bakda subuh, saya menulis sebagaimana kebiasaan setiap pagi sepulang dari masjid,  tentang Penggerak Pendidikan Muhammadiyah di pedesaan, maka kali ini hati saya tergerak menulis tentang pendidikan yang lazimnya dirintis dan dikelola oleh Kyai. Menyebut istilah Kyai, maka selalu berkait dengan   organisasi Islam terbesar, yakni NU. Hal itu wajar, karena NU adalah organisasi yang didirikan dan diurus oleh para Kyai. Menyebut Kyai tidak lepas dari NU dan begitu juga sebaliknya, menyebut NU maka tidak sempurna kalau tidak menyebut Kyai.

            Masih juga sama, dengan menyebut Kyai, maka yang tergambar adalah pendidikan pondok pesantren. Hal itu sesungguhnya juga tidak salah, karena biasanya pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh para Kyai adalah jenis pendidikan pesantren. Namun,  sejak beberapa tahun terakhir, terdapat fenomena baru. Pendidikan pesantren sudah semakin disempurnakan dengan pendidikan formal, seperti madrasah dan bahkan juga sekolah umum. Lebih dari itu, tidak sedikit pesantren  membuka jenjang pendidikan tinggi, baik pendidikan tinggi agama maupun pendidikan tinggi umum.

            Ada hal yang cukup menarik dari pendidikan pesantren, bahwa para kyai dalam mengembangkan lembaga pendidikan,  ternyata tidak pernah menghilangkan bentuk aslinya, yakni model pesantren. Sekalipun kyai telah membuka sekolah formal, seperti madrasah, sekolah umum dan bahkan perguruan  tinggi umum dengan membuka  fakultas ekonomi, psikologi, teknik dan lain-lain,  system pesantrennya masih dipelihara. Tidak pernah ditemukan, fenomena kyai mengubah pesantrennya menjadi madrasah atau sekolah umum. Madrasah dan atau sekolah umum didirikan di pesantren,  dimaksudkan untuk menyempurnakan lembaga pendidikan yang telah ada sebelumnya. Para kyai dalam mengembangkan lembaga pendidikan, bukan mengubah dan apalagi mengganti, melainkan menyempurnakan. Sistem pesantren disempurnakan dengan sekolah umum.

            Mendiskripsikan lembaga pendidikan yang dikelola oleh Kyai, ternyata tidak mudah, karena variasinya terlalu banyak. Pesantren, sangat variatif, baik terkait dengan system yang digunakan, kitab yang dijadikan pegangan, orientasi keilmuan dan tidak terkecuali pandangan kyainya. Masing-masing Kyai sebagai pengasuh pesantren memiliki cara sendiri-sendiri dalam mengembangkan lembaga pendidikan. Mereka tidak memiliki pola dan apalagi standart sebagaimana kebijakan pengembangan pendidikan nasional akhir-akhir ini. Jika ada bagian yang harus mengikuti standar adalah lembaga pendidikan formalnya, sekalipun juga tidak sepenuhnya. Misal, tidak mengikuti Ujian Nasional. Selain itu, ada yang melakukan modifikasi kurikulum dari pemerintah, menyesuaikan dengan visi pendidikan pesantren. Misalnya, ketika dulu pemerintah menetapkan komposisi muatan mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama, masing-masing antara 70 % muatan mata pelajaran umum dan 30 % muatan mata pelajaran agama. Ternyata dalam pelaksanaan tidak demikian, pesantren menyebut mengetrapkan  100 % mata pelajaran umum dan juga 100 % diberikan mata pelajaran agama.

            Oleh karena keterbatasan informasi, seringkali lembaga pendidikan pesantren oleh sebagian masyarakat dianggap masih statis, sederhana dan tidak selalu mau mengikuti perkembangan zaman. Anggapan seperti itu sesungguhnya tidak selalu benar. Seperti disebut di depan, lembaga pendidikan yang dikelola oleh Kyai sangat variatif di antara satu dengan lainnya. Memang ada lembaga pendidikan pesantren yang keadaannya statis, tidak berkembang dari tahun ke tahun. Tetapi sebaliknya, terdapat pesantren yang sangat dinamis dan tampak modern. Kita lihat misalnya pendidikan pesantren di Gontor Ponorogo. Fasilitas pendidikannya cukup bagus. Penampilan para ustadz dan santrinya tampak modern. Mereka sehari-hari masuk kelas dengan mengenakan pakaian seragam, berdasi, lengkap dengan kopyah dan sepatunya. Para santri walaupun baru pada tingkat sekolah menengah, mereka dalam pergaulan sehari-hari, baik di kelas maupun di luar kelas menggunakan Bahasa Arab dan juga Bahasa Inggris. Bandingkan dengan sekolah umum, dan bahkan juga mahasiswa di perguruan tinggi sekalipun. Dengan demikian, pendidikan  di pesantren,sekalipun tidak semuanya, misalnya di pesantren Modern Gontor Ponorogo, dan juga di beberapa pesantren lainnya, justru lebih unggul dari sekolah umum biasa yang setaraf. Hanya  selama ini,  pesantren yang berkualitas itu belum dikenal secara luas.

 

            Selain itu, dari sementara kalangan Kyai tidak jarang lahir pikiran-pikiran cerdas tentang pendidikan. Kadang pikiran itu  cukup modern dan sangat relevan dengan tuntutan masyarakatnya. Banyak kitab-kitab yang ditulis oleh kyai, dan bahkan juga dijadikan bahan kajian di beberapa Negara Islam. Juga kadangkala kyai, sekalipun disampaikan secara samar dengan bahasa simbolik, melontarkan kritik terhadap pendidikan modern yang dikembangkan oleh pemerintah sekalipun. Kyai mengkritik pendidikan formal, yang hanya mengedepankan aspek kognitif, dan melupakan aspek psikomotor dan afektif. Sehingga dengan kelemahan itu, maka lulusan pendidikan modern hanya pintar membaca buku teks dan berwacana, tetapi dalam praktek sangat lemah. Sindiran para Kyai, banyak lulusan fakultas ekonomi tidak bisa mengembangkan ekonominya sendiri, lulusan fakultas peternakan, tidak mampu mengembangkan peternakan, lulusan sekolah pertanian masih gagal  membangun kepercayaan diri bahwa dengan mengembangkan pertanian bisa survive dalam hidup dan seterusnya. Apalagi, lulusan sekolah menengah atas, sekalipun sudah lulus Ujian Nasional,  ternyata hanya mampu menjadi pekerja kasar,  sebagai TKI atau TKW di luar negeri.

            Saya juga pernah mendapatkan pandangan Kyai yang saya anggap sangat menarik, apalagi jika dilihat dari perspektif kebutuhan masyarakat saat ini dan juga tuntutan masa depan. Pernah saya menanyakan kebijakan kyai membuka sekolah umum, yakni SMP dan SMU dan bukan madrasah di pesantren. Secara spontan Kyai menjelaskan, bahwa  dengan kebijakan itu, ia bermaksud  agar para alumni pesantren berpeluang mengisi jabatan-jabatan penting di tingkat desa. Kyai berargumen bahwa keberadaan pesantren terkait dengan tujuan berdakwah. Ia berpandangan bahwa jabatan kepala desa dianggap sangat efektif untuk sarana dakwah. Dia membayangkan, jika kepala desa adalah alumni pesantren, maka pejabat pemerintah scala kecil itu akan memimpin desanya dengan pendekatan agama. Sebagai alumni pesantren, kepala desa tidak saja mampu menjalankan pemerintahan dari kantor desa, tetapi sekaligus juga mampu memimpin masyarakat melalui masjid. Kyai tidak memilih bentuk pendidikan madrasah MI, M.Ts, MA,  agar mata pelajaran yang diberikan tidak tumpang tindih dengan mata pelajaran pesantren. Tatkala berbicara tentang peran-peran kepala desa, Kyai membayangkan kehidupan Rasulullah dalam membangun umat. Rasulullah, menurut Kyai,  selain sebagai pemimpin spiritual juga sekaligus melakukan peran-peran kepemimpinan kehidupan secara menyeluruh, baik dari aspek kehidupan  ekonomi, politik, hukum pendidikan dan kemasyarakatan lainnya.

            Dengan kebijakannya itu, yakni Kyai membuka sekolah umum di pesantren, berharap para santri berhasil mendalami ilmu yang bersumber dari al Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab lainnya, tetapi sekaligus dengan pendidikan dan ijazah SMP dan SMU yang juga diperoleh dari pesantren, para alumninya memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai pejabat pemerintah di tingkat desa. Kyai melihat jabatan kepala desa sebagai  wilayah kekuasaan yang sangat strategis untuk membina umat dan masyarakat secara langsung. Kyai berpandangan bahwa pengaruh Camat, Bupati, Gubernur dan bahkan setingkat Menteri pun bisa dikalahkan oleh pengaruh Kepala Desa. Pejabat tingkat kecamatan hingga pemerintah pusat tidak mudah masuk ke relung-relung kehidupan masyarakat, kecuali melalui kepala desa. Oleh sebab itu, terkait dengan kepentingan dahwah, posisi perangkat desa, menurut Kyai  jauh lebih strategis, dan untungnya  jabatan itu karena dianggap tidak terlalu menguntungkan secara ekonomis, tidak terlalu banyak diperebutkan orang, sehingga tidak terlalu sulit para alumni pesantren memasuki wilayah ini,  jika mereka memiliki ijazah sekolah umum.

            Saya juga pernah mendapatkan pandangan Kyai yang  strategis lainnya. Kyai di pesantrennya, selain memberikan pelajaran Bahasa Arab, juga pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin. Kebijakan tersebut diambil atas dasar pertimbangan mereka  bahwa dunia ini semakin mengglobal, karena itu para santri harus dibekali dengan bahasa global pula, yaitu bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin. Kyai juga melihat pengaruh ekonomi Cina ke depan yang tampak semakin luas dan tidak akan mungkin bisa dibendung. Oleh sebab itu, menurut pandangan kyai, gejala globlalisasi tidak boleh dilawan dan apalagi dihindari. Tantangan itu  harus direspon secara tepat. Para santri dibekali kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing itu.  Jika tidak demikian, maka dikhawatirkan lulusan pesantren hanya akan tepat dijadikan sebagai petugas security atau satpam. Islam menurut pandangan sementara Kyai adalah konsep kehidupan yang selalu relevan dengan tuntutan zamannya.

            Hanya saja pada kenyataannya, kondisi pesantren  sangat tergantung pada kekuatan financial kyai yang bersangkutan. Jika kebetulan kyai memiliki sumber-sumber ekonomi yang cukup, maka lembaga pendidikannya tampak maju dan modern. Di  Malang Selatan misalnya,  terdapat pesantren yang dikelola oleh KH Zamahsari, bangunan dan fasilitas pendidikan lainnya tampak modern. Seluruh santri ditampung menginap di pesantrennya. Para santri melalui lembaga pendidikan umum SMP dan SMU, yang ada di lokasi pesantren, diajari Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan juga Bahasa Mandarin. Program pendidikan seperti itu itu berhasil dijalankan, karena pesantren tersebut, melalui kemampuan Kyai sebagai pengasuhnya, mampu dan berhasil menggali sumber-sumber pendanaan yang dibutuhkan.

Tetapi sebaliknya, terdapat banyak pesantren yang berjalan seadanya, karena keterbatasan dana. Saya melihat pada tataran konseptual, sesungguhnya Kyai memiliki wawasan pendidikan, yang kadang jauh lebih sempurna, bilamana dibandingkan dengan konsep-konsep yang dikembangkan di sekolah umum dan bahkan oleh perguruan tinggi sekalipun. Tanpa secara formal Kyai mempelajarai ilmu psikologi, sosiologi, antropologi pendidikan dan lain-lain, tampak dalam tataran kehidupan sehari-hari mereka memahami ilmu itu. Setidaknya para Kyai memiliki wawasan tentang disiplin ilmu social itu. Atas dasar wawasan itu, pesantren yang dikelola oleh Kyai tidak pernah mengedepankan aspek formalitas pendidikan. Kyai tidak membuka pendidikan yang hanya untuk mengeluarkan selembar ijazah, sebagaimana dijalankan oleh perguruan tinggi, dengan perkuliahan hari Sabtu dan Minggu, yang dijalankan beberapa waktu, kemudian dikeluarkanlah ijazahnya. Jika ada pesantren yang melakukan seperti itu, mereka sesungguhnya karena berhasil terpropokasi oleh pengelola perguruan tinggi umum, sehingga menjadi ikut-ikutan seperti itu. Dan kalaupun tokh demikian, biasanya masih terbatas untuk penyelenggaraan pendidikan yang bersifat pengembangan,  yakni program pendidikan formalnya.

            Akhirnya, mengamati sepintas, diketahui bahwa problem utama pendidikan pesantren, lebih-lebih tatkala mereka harus menyesuaikan dengan tuntutan modern adalah terkait dengan pendanaan. Pesantren selalu dikelola secara mandiri, dan bahkan sumber pendanaannya  bersumber dari sumbangan masyarakat, yang besarnya tidak menentu dan bahkan kadang juga berasal dari pribadi Kyainya. Beban itu, kadangkala dirasakan semakin berat, tatkala Kyai harus menampung para santri ekonomi lemah dan bahkan juga anak yatim. Kepada santri seperti itu, Kyai bukan saja tidak mendapatkan sumbangan biaya pendidikan dari santri, bahkan sebaliknya,  mereka harus memenuhi kebutuhan hidup santri yang demikian banyak sehari-hari. Saya pernah melihat misalnya, Pesantren An Nur Bululawang, sebagian santrinya adalah anak-anak orang miskin dan anak yatim. Oleh Kyai terhadap para santri seperti itu digratiskan dan bahkan  juga dipenuhi kebutuhan hidup mereka,  makan  sehari-hari dan juga pakaiannya.  

            Lembaga pendidikan semacam ini sudah sekian lama tidak pernah mendapatkan perhatian pemerintah. Jika pun tokh ada bantuan hanya bersifat insidentil, artinya tidak secara rutin. Selain itu, sekalipun akhir-akhir ini ada tuntutan agar dana pendidikan di APBN  ditingkatkan jumlahnya menjadi 20 %, maka setelah dipenuhi, kiranya juga bukan dimaksudkan untuk membiayai pendidikan semacam ini. Namun begitu, Kyai juga tidak pernah bersuara mempersoalkannya. Menyelenggarakan pendidikan bagi Kyai dipandang sebagai ibadah,  dalam rangka memenuhi tuntutan agamanya,  dan sama sekali bukan dimaksudkan untuk memenuhan tuntutan Undang-Undang sebagaimana harus dipikul oleh pemerintah. Para Kyai menjalankan program pendidikan pesantren, sekalipun tidak disiapkan dana oleh pemerintah, tetap ditunaikan  dengan penuh kesabaran, ikhlas, amanah dan istiqomah. Mereka tidak berharap bantuan dan balasan dari siapapun, kecuali hanya ingin mendapatkan  ridho dari Allah swt. 

oleh Prof Imam Suprayogo.

 

 

 

Prof M. Ali Ramdhani : Pilih Pesantren Harus Ada Kiainya

Prof M. Ali Ramdhani : Pilih Pesantren Harus Ada Kiainya

MS2, Jakarta – Orang tua dapat menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren. Melalui pendidikan pesantren, anak-anak dilatih mandiri dan memiliki pemahaman ilmu agama yang lebih dalam.

Orang tua tak perlu ragu lagi menyekolahkan anaknya di pesantren. Pasalnya di Indonesia banyak pesantren yang berkontribusi besar dalam dunia pendidikan dan menjadi tempat mengenyam ilmu bagi tokoh agama dan pemimpin besar di Indonesia.

Tokoh-tokoh itu adalah KH Abdurrahman Wahid, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, hingga menteri dan kepala daerah yang pernah menjadi santri pesantren. Sebagaimana disinggung Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag M. Ali Ramdhani soal pesantren sebagai tempat yang tepat untuk pengembangan anak.

“Ini sesungguhnya memberikan fakta bahwa pesantren adalah tempat yang aman, layak, dan tepat untuk pengembangan anak bangsa,” kata Dhani .

Walaupun beberapa waktu ini eksistensi pesantren sempat terganggu akibat adanya isu kekerasan seksual dan terorisme yang muncul di pesantren. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran untuk sebagian orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di pesantren.

Dhani berpendapat orang tua tidak perlu khawatir lagi apabila mereka benar-benar memahami bagaimana keadaan pesantren sesungguhnya.

“Saya ingin mengingatkan bagi seluruh anak bangsa, terutama kepada seluruh orang tua yang hari ini ingin menitipkan anaknya dalam proses pendidikan pondok pesantren perlu melihat apakah lembaga yang menyebut dirinya pesantren memiliki arkanul ma’had (rukun pesantren),” ujar Dhani.

Setidaknya, ada tiga hal penting yang disebut Dhani perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum memilih pesantren. Berikut ulasan selengkapnya.

3 Tips Memilih Pesantren

  1. Ada Sosok Kiai Pengajar

Ada lima hal yang menjadi rukun pesantren. Salah satunya yaitu sosok kiai yang menjadi figur teladan dan pengasuh yang dapat membimbing santri.

“Lihat sanad keilmuannya. Sanad keilmuannya jelas, ada kiainya. Jangan menitipkan ke pesantren yang gurunya hanya satu tunggal,” kata Dhani.

  1. Memiliki Fasilitas yang Mumpuni

Rukun pesantren yang harus terpenuhi selanjutnya yaitu santri mukim. Santri mukim ini mencakup pondok atau asrama, masjid atau mushola, dan juga ada kajian kitab kuning.

“Jadi perhatikan, sanad keilmuannya, ada kiainya, memiliki fasilitas yang baik, dan ada pembelajaran kitab kuning,” terang dia.

  1. Pesantren yang Inklusif

Dhani mengatakan pesantren harus bersifat inklusif. Atau dalam artian, pesantren yang dipilih orang tua adalah pesantren yang memberikan izin terbuka bagi orang tua dalam berkunjung ke pesantren.

“Dan tentu saja pesantren bersifat inklusif. Orang tua boleh nengok, masyarakat boleh lihat. Dengan demikian saya bisa mengatakan pesantren aman dan layak menjadi tempat orang tua menitipkan pendidikan anak,” tutupnya. dtk

 

Keutamaan Menempuh Pendidikan Pondok Pesantren Modern

Keutamaan Menempuh Pendidikan Pondok Pesantren Modern

Surabaya, MS2 – Berbicara tentang pendidikan di Indonesia tidak pernah terlepas dari pondok pesantren. Suatu lembaga pendidikan Islam yang berdiri sendiri di luar ranah lembaga pendidikan formal. Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam dengan sistem menginap atau asrama dengan seorang kyai sebagai tokoh pusatnya dan sebuah masjid sebagai titik pusat kegiatan pendidikan tersebut. Pondok pesantren merupakan tempat untuk melatih kemandirian seseorang. Adapun dalam mencari ilmu, pondok pesantren memberikan kebebasan tetapi juga menjaga santri dari kebablasan.

Dalam perkembangannya pondok pesantren terbagi menjadi dua, yaitu pondok pesantren salaf dan pondok pesantren modern. Beberapa contoh pondok pesantren salaf ialah pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, pondok pesantren Langitan Tuban, pondok pesantren Lirboyo Kediri, dan beberapa pondok pesantren salaf lainnya di Rembang. Adapun beberapa contoh pondok modern ialah pondok pesantren Darussalam Gontor, pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan, pondok pesantren Darul Ulum Jombang, dan beberapa Ponpes modern seperti pondok pesantren Miftachus Sunnah II Lakarsantri Surabaya.

Pondok pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional yang klasik dan juga berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran maupun infrastrukturnya. Sementara pondok pesantren modern lebih berkembang dengan penambahan ilmu-ilmu umum yang dikaji selain ilmu – ilmu agama yang biasa dikaji dalam pondok pesantren salaf. Umumnya pondok pesantren modern lebih cakap dalam percakapan dalam bahasa asing. Jika dalam pondok pesantren salaf biasanya berkutat pada penggunaan bahasa Arab saat pengajarannya, maka pondok pesantren modern membiasakannya dalam keseharian.

Ditambah lagi bukan hanya bahasa Arab tetapi juga penambahan bahasa Inggris. Yang tentunya kita ketahui sebagai bahasa yang digunakan hampir di seluruh negara sebagai alat komunikasi yang universal dan menyeluruh. Di dalam pondok pesantren modern memiliki ekstrakurikuler yang mampu mengembangkan bakat dan minat santri. Beberapa pondok pesantren modern biasanya juga memiliki sarana olahraga yang cukup lengkap. Sehingga bukan hanya pembentukan untuk perkembangan rohani tetapi juga menumbuhkan kesehatan jasmani bagi para santri.

Dalam hal perkembangan ilmu dan pengetahuan, pondok pesantren modern juga dilengkapi dengan bermacam laboratorium. Yang dimaksudkan untuk mendukung pembelajaran umum santri yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Seperti laboratorium komputer agar santri tidak gagap teknologi setelah keluar dari pondok pesantren dan terjun langsung dalam masyarakat. Tentunya hal tersebut penting bagi seorang santri yang diharapkan mampu menjadi tonggak menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik. Bermoral secara agama dan memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menyelaraskan perkembangan jaman.

Hadirnya pendidikan pondok pesantren modern merupakan sebuah keniscayaan dari sebuah tantangan jaman yang semakin maju dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi. Pondok pesantren modern merupakan suatu adaptasi sebuah pondok pesantren terhadap ilmu-ilmu baru yang dipelajari, tetapi tidak terlepas dari pendidikan agama yang merupakan tujuan utama pendirian sebuah pondok pesantren. Mengenai kepemimpinan dari sebuah pondok pesantren modern tidak hanya bertumpu pada kyai saja tetapi juga bergeser dari karismatik menuju pola kepemimpinan rasionalistis. Tetapi tetap tidak akan meninggalkan budaya tawadhuk yang selama ini sudah merupakan ciri khas utama dalam pendidikan pondok pesantren. Ponpes Modern juga tidak terlepas dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas.dbs

Keutamaan Menempuh Pendidikan Pondok Pesantren Modern

Keutamaan Menempuh Pendidikan Pondok Pesantren Modern

Surabaya, MS2 – Berbicara tentang pendidikan di Indonesia tidak pernah terlepas dari pondok pesantren. Suatu lembaga pendidikan Islam yang berdiri sendiri di luar ranah lembaga pendidikan formal. Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam dengan sistem menginap atau asrama dengan seorang kyai sebagai tokoh pusatnya dan sebuah masjid sebagai titik pusat kegiatan pendidikan tersebut. Pondok pesantren merupakan tempat untuk melatih kemandirian seseorang. Adapun dalam mencari ilmu, pondok pesantren memberikan kebebasan tetapi juga menjaga santri dari kebablasan.

Dalam perkembangannya pondok pesantren terbagi menjadi dua, yaitu pondok pesantren salaf dan pondok pesantren modern. Beberapa contoh pondok pesantren salaf ialah pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, pondok pesantren Langitan Tuban, pondok pesantren Lirboyo Kediri, dan beberapa pondok pesantren salaf lainnya di Rembang. Adapun beberapa contoh pondok modern ialah pondok pesantren Darussalam Gontor, pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan, pondok pesantren Darul Ulum Jombang, dan beberapa Ponpes modern seperti pondok pesantren Miftachus Sunnah II Lakarsantri Surabaya.

Pondok pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional yang klasik dan juga berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran maupun infrastrukturnya. Sementara pondok pesantren modern lebih berkembang dengan penambahan ilmu-ilmu umum yang dikaji selain ilmu – ilmu agama yang biasa dikaji dalam pondok pesantren salaf. Umumnya pondok pesantren modern lebih cakap dalam percakapan dalam bahasa asing. Jika dalam pondok pesantren salaf biasanya berkutat pada penggunaan bahasa Arab saat pengajarannya, maka pondok pesantren modern membiasakannya dalam keseharian.

Ditambah lagi bukan hanya bahasa Arab tetapi juga penambahan bahasa Inggris. Yang tentunya kita ketahui sebagai bahasa yang digunakan hampir di seluruh negara sebagai alat komunikasi yang universal dan menyeluruh. Di dalam pondok pesantren modern memiliki ekstrakurikuler yang mampu mengembangkan bakat dan minat santri. Beberapa pondok pesantren modern biasanya juga memiliki sarana olahraga yang cukup lengkap. Sehingga bukan hanya pembentukan untuk perkembangan rohani tetapi juga menumbuhkan kesehatan jasmani bagi para santri.

Dalam hal perkembangan ilmu dan pengetahuan, pondok pesantren modern juga dilengkapi dengan bermacam laboratorium. Yang dimaksudkan untuk mendukung pembelajaran umum santri yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Seperti laboratorium komputer agar santri tidak gagap teknologi setelah keluar dari pondok pesantren dan terjun langsung dalam masyarakat. Tentunya hal tersebut penting bagi seorang santri yang diharapkan mampu menjadi tonggak menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik. Bermoral secara agama dan memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menyelaraskan perkembangan jaman.

Hadirnya pendidikan pondok pesantren modern merupakan sebuah keniscayaan dari sebuah tantangan jaman yang semakin maju dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi. Pondok pesantren modern merupakan suatu adaptasi sebuah pondok pesantren terhadap ilmu-ilmu baru yang dipelajari, tetapi tidak terlepas dari pendidikan agama yang merupakan tujuan utama pendirian sebuah pondok pesantren. Mengenai kepemimpinan dari sebuah pondok pesantren modern tidak hanya bertumpu pada kyai saja tetapi juga bergeser dari karismatik menuju pola kepemimpinan rasionalistis. Tetapi tetap tidak akan meninggalkan budaya tawadhuk yang selama ini sudah merupakan ciri khas utama dalam pendidikan pondok pesantren. Ponpes Modern juga tidak terlepas dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas.dbs

Mengapa Orang Tua Harus Memasukkan Anak ke Pondok Pesantren?

Mengapa Orang Tua Harus Memasukkan Anak ke Pondok Pesantren?

Surabaya, MS2 – Apabila kita melihat kondisi di zaman ini pasti hasil hati kecil kita berkata “sungguh miris sekali”. Karena perkembangan zaman dan globalisasi yang ada di segala lini kehidupan kita di Indonesia ini, norma yang turun-temurun dari para Salafus Sholeh atau orang Soleh terdahulu hampir hilang. Kemaksiatan merajalela, pergaulan tidak memiliki batas, dan kasus-kasus semacam itu banyak terjadi di kalangan remaja yang memang masih labil. Continue reading →

Tips Agar Anak Mau Mondok di Pondok Pesantren

Tips Agar Anak Mau Mondok di Pondok Pesantren

Surabaya, MS2 – Setiap orang tua muslim pastinya ingin memiliki anak yang mau mondok atau menempuh pendidikan dan bermukim di pondok pesantren seperti Pondok Pesantren Modern Miftachus Sunnah II Lakarsantri Surabaya . Ada banyak alasan mengapa orang tua mau anaknya mondok, dan salah satunya adalah ini adalah investasi untuk kehidupan anak dan orang tuanya di kehidupan keduanya nanti. Namun bukan hanya investasi untuk kehidupan akhirat saja, tetapi juga untuk memberikan bekal ilmu agama untuk anak tersebut menempuh kehidupan dunia di masa depannya.

Bapak dan ibu juga berniat untuk memasukkan Si buah hati ke pondok pesantren ada baiknya bapak dan ibu mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara mempersiapkan anak agar mau masuk ke pesantren dan kegiatan belajarnya nanti bisa berlangsung dengan lancar.

ada beberapa perkara yang wajib untuk disiapkan  adalah kesiapan mental anak dan juga orang tua serta menyiapkan segala keperluannya. Inilah cara mempersiapkan anak  sebelum masuk ke pesantren yang wajib diketahui

Tetapi ketika orang tua ingin memondokkan anak tersebut di pesantren akan bertentangan dengan kemauan anaknya. Sebenarnya ini bukanlah permasalahan yang sulit untuk diatasi. Semuanya bergantung pada cara orang tua tersebut mendidik anak sejak dini. Dan berikut ini adalah cara agar anak mau mondok atau bersedia masuk pesantren yang tepat.

Siapkan Mental Anak di awal Masuk ke Pesantren

menjadi santri, dan yang akan menjalaninya adalah anak. Maka dari itu, kita sebagai orang tua harus meyakinkan dia untuk  meluruskan niatnya menuntut ilmu di pondok pesantren, dan bukan karena adanya unsur paksaan dari orangtua. Bagaimanapun juga, perbuatan baik juga harus diawali dengan niat yang baik.

Biasakan lah Dia untuk Mandiri

Lain dengan di rumah,jika di pesantren anak dituntut untuk melakukan semuanya sendiri tanpa ada bantuan dari orangtua atau pembantu. Mulai dari cuci piring makannya,cuci baju, merapikan tempat tidur, lemari dan lain sebagainya.

Lebih tepatnya, beberapa bulan menjelang ia mondok, latih lah dia untuk mandiri dengan membantu pekerjaan rumah. Maka dari itu, ia akan terbiasa dan bertanggung  jawab terhadap dirinya sendiri.

Harus kuat

Orang tua harus kuat untuk meninggalkan anaknya di pesantren. Biasanya untuk para ibu-ibu memiliki perasan tidak tegaan.

Orang tua harus Yakin bahwa di pesantren putra-putri anda akan dididik untuk menjadi anak yang baik bukan dibuang, dibimbing bukan dipenjara. Jadi para orang tua Harus kuat, karena pesantren adalah wadah pendidikan dan perjuangan.

Memberikan Suasana yang Religius Sejak Lahir

Pembiasaan kehidupan yang Islami harus dimulai sejak anak masih berada di dalam kandungan. Seperti dengan ibu yang sedang hamil senantiasa melantunkan bacaan Al-Qur’an atau sholawat nabi. Terlebih lagi setelah anak tersebut lahir, jika anak sudah disuguhkan dengan suasana nyata yang Islami sejak lahir, insya allah anak akan memiliki rasa dan pengalaman yang menancap kuat di dalam hatinya. Sehingga keinginan untuk mempelajari ilmu agama semakin kuat saat ia beranjak dewasa.

Secara Konsisten Berikan Ilmu Agama Setiap Hari

Berusahalah secara disiplin untuk memberikan ilmu agama meskipun hanya satu ayat saja. Misalnya mengomentari tajwid Al-Qur’an ketika dia sedang belajar mengaji. Jangan pernah putus dan jangan berhenti untuk melakukan hal ini setiap hari. Karena melalui cara ini akan memberikan bekal kepada anak agar kelak mau mondok dan tentu saja menjadi anak yang sholeh.

Menceritakan Berbagai Hal Positif tentang Kehidupan di Pondok

Bercerita tentang kehidupan di pondok pesantren akan menarik perhatian serta rasa ingin tahu anak akan menjadi lebih besar. Apabila anak tersebut sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar, tentunya dia pasti ingin segera masuk ke pesantren. Atau sekali waktu ajaklah anak untuk berkunjung ke pondok dan mengenalkan kehidupan pondok seperti apa.

Jagalah Pergaulannya dengan Baik

Menjaga pergaulan anak sejak dia masih kecil adalah salah satu lagi yang harus Anda lakukan secara disiplin setiap hari. Dengan tujuan jangan sampai hari-hari yang dia lalui dalam perkembangan hidupnya terkontaminasi oleh racun negatif pergaulan. Dan jika sudah terkena racun negatif berilah obat dan pencerahan yang tepat. Racun negatif dari pergaulan ini bisa berbentuk seperti ucapan kotor atau tingkah laku yang tidak baik. Pergaulan anak yang negatif ini tentu akan menjadi penghambat atau menjadi salah satu faktor anak tidak mau mondok.

Doakanlah Anak Setiap Hari

Berdoalah setiap hari agar Allah memberikan rahmatNya kepada anak kita agar menjadi anak yang sholeh, taat kepada orang tua, dan juga taat kepada agama. Karena doa yang dilakukan secara konsisten memiliki peluang yang besar untuk mengundang keridloan Allah. Hal ini bisa kita rujuk dari hadist maupun Al-Qur’an yang sudah pasti tidak asing lagi “Berdoalah Kepada Tuhanmu Niscaya Aku Akan Kabulkan.” Berdoa dan teruslah berdoa setiap hari tanpa putus dengan keyakinan bahwa doa kita pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT. dbs

Peran Pondok Pesantren Dalam Pendidikan Nasional

Peran Pondok Pesantren Dalam Pendidikan Nasional

Surabaya, MS2 – Pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang paling tua di negara kita dan memiliki kontribusi yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Jadi, tentunya lembaga yang satu ini sangat layak untuk diperhitungkan dalam rangka pembangunan bangsa dalam bidang pendidikan, agama dan moral.

Jika diperhatikan secara historis, pondok pesantren punya pengalaman yang sangat menakjubkan dalam membina serta mencerdaskan masyarakat. Bahkan pondok pesantren memiliki kemampuan dalam meningkatkan peran seseorang secara mandiri dengan cara menggali potensi yang dimiliki oleh masyarakat di sekitarnya.

Pondok pesantren telah sejak lama menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia bukan hanya sebagai tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh komponen masyarakat termasuk pondok pesantren juga. Oleh sebab itu, sudah semestinya pondok pesantren yang telah memiliki nilai secara historis di atas dalam membina serta mengembangkan SDM ini secara terus menerus didorong dan juga dikembangkan kualitasnya.

Pengembangan untuk dunia pondok pesantren ini harus didukung secara penuh oleh pemerintah yang diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan nasional (SisDikNas). Khususnya untuk mengembangkan peran pondok pesantren di dalam pembangunan bangsa merupakan langkah yang sangat strategis dalam membangun sistem pendidikan yang baik.

Dewasa ini kondisi bangsa kita sedang dalam masa krisis moral, pondok pesantren sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan yang memiliki fokus dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral harus menjadi pelopor sekaligus inspirator reformasi gerakan moral bangsa. Dengan begitu, pembangunan bangsa tidak akan menjadi hampa ataupun kering dari nilai-nilai yang memiliki dasar kemanusiaan.

Kebijakan Pendidikan Nasional

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi serta keberadaan pondok pesantren sangat memiliki tempat yang istimewa. Namun, hal ini belum disadari oleh mayoritas umat Muslim di Indonesia. Ini karena lahirnya UU tersebut masih sangat muda. Keistimewaan pondok pesantren dalam SisDikNas ini dapat kita simak bersama dari ketentuan serta penjelasan salah satu pasalnya berikut ini.

Dalam Pasal 3 Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa sistem pendidikan nasional memiliki fungsi dalam mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, juga bertujuan untuk mengembangkan potensi para peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan juga Tuhan Yang Maha Esa. Serta berakhlak mulia, sehat, memiliki ilmu, cakap, kreatif, mandiri dan juga menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Ketentuan tersebut pastinya telah berlaku dan juga diimplementasikan dalam sistem pendidikan pondok pesantren sejak lama. Ini karena pondok pesantren telah menjadi lembaga yang membentuk watak serta peradaban bahwa dan juga mencerdaskan kehidupan anak bangsa yang memiliki dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlakul karimah.

Ada perbedaan antara pesantren dan sekolah. Sekolah hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, sementara pesantren mengajarkan kehidupan. Ilmu adalah bagian dari kehidupan, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, komponen pesantren harus lebih lengkap ada pengajaran, pendidikan, dan pengasuhan. Pengasuhan membentuk kepribadian yang diajarkan oleh Kyai. Kyai berfungsi sebagai pengasuh sekaligus sebagai contoh kehidupan, bagaimana perjuangannya. Kesederhanaan hidupnya, cara ibadahnya. Sosok Kyai tidak dapat digantikan. Pesantren selain mengajarkan kelimuan juga mengajarkan kepribadian. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, akhirnya sekolah semakin bervariasi, maka sekolah di Pondok Pesantren pun bervariatif, misalnya memiliki sekolah kejuruan dan Balai Latihan Kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan jaman. Intinya semua profesionalisme harus dibingkai dengan karakter akhlakul karimah.

Jika Indonesia ingin melakukan revolusi mental, maka harus ditentukan basis dan arahnya. Mental kita harus diperbaiki dalam banyak hal. Mental dalam arti hubungan sosial, mental profesionalisme (jangan sampai profesionalisme membentur mental keilmuan) ilmu tidak boleh disalahgunakan. Mental penyelenggaraan negara adalah hal yang paling berat untuk dibenahi, karena disitulah letak kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Sebaiknya Revolusi Mental menentukan basis. Baik komponen maupun eksponen, secara komprehensif membentuk sebuah proses Revolusi Mental. Jika Revolusi Mental tidak memiliki basis, maka hanya akan menjadi wacana. Misalnya pesantren dijadikan Basis Revolusi Mental di bidang pendidikan. Sementara basis Revolusi Mental di bidang profesionalisme adalah bagaimana bertanggung jawab kepada negara. Penyelenggara negara harus ada karakter kebangsaan. dbs

 

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com