https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

2024 – Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah
Harlah PP Miftachussunnah : Menteri Agama RI Berkomitmen Bentuk Dirjen untuk Pondok Pesantren

Harlah PP Miftachussunnah : Menteri Agama RI Berkomitmen Bentuk Dirjen untuk Pondok Pesantren

JAKARTA,MS – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Hari Santri dan Hari Lahir Pondok Pesantren (Ponpes) Miftachussunnah Surabaya yang ke 42 tahun, Kamis, 14 November 2024. Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya selenggarakan Harlah dan istighosah kebangsaan dengan tema ‘Doa Kemaslahatan & Keselamatan Bangsa Indonesia’. Kegiatan yang dilaksanakan bertempat di Masjid Nasional Al-Akbar Jambangan Surabaya ini dihadiri oleh lebih dari 2000 peserta, yang terdiri dari para santri, mahasiswa, orang tua murid, masyarakat serta beberapa tamu undangan.

Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Nasaruddin Umar menyampaikan komitmennya untuk segera membentuk Direktorat Jenderal (Dirjen) khusus yang akan menangani dan mengayomi pondok pesantren. Hal ini disampaikan Menag Nasaruddin saat menghadiri perayaan Harlah ke-42 Pondok Pesantren Islam Miftachussunnah.

“Kementerian Agama segera membentuk Direktorat Jenderal yang akan mengurus sekaligus mengayomi pondok pesantren,”ucap Nasaruddin saat memberikan sambutan di acara Harlah Ponpes Miftachussunnah Surabaya (14/11/2024).

Dalam kesempatan yang sama Menag juga menekankan bahwa kini saatnya pondok pesantren merebut kembali masa kejayaannya, “Sudah waktunya pesantren menjadi tuan rumah di tanah airnya sendiri,” tambahnya.

Selain Nasaruddin, turut hadir juga ketua umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf beserta jajaran Nahdlatul Ulama (NU), Pengasuh Ponpes Miftachussunnah sekaligus Rais Aam PBNU, K.H. Miftachul Akhyar.

Event Harlah Miftachussunnah didukung penuh oleh Kinesis Monetary Indonesia, Bullion Ecosystem International dan Jakarta Futures Exchange untuk dapat lebih mengembangkan teknologi yg semakin bermanfaat utk pengembangan kualitas pendidikan yg semakin modern dan berkelas global bagi Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya terutama model pendanaan pendidikan Santri utk dapat mengakses pendidikan yg berkelas dunia.

Pada kegiatan ini dilakukan juga pemberian syahadah kepada puluhan santri yang telah berhasil menghafal kitab suci Al-quran. Tidak hanya itu, dikenalkan juga inovasi santri Ponpes Miftachussunnah Surabaya, yakni aplikasi yang dapat memberikan kemudahan dan membuat nabung emas menjadi lebih praktis, aman dan sesuai syariah yang diberi nama NUNOMICS. Transaksi fisik emas dalam bursa JFXGOLD X yang dapat dilakukan secara digital melalui aplikasi NUNOMICS merupakan inovasi anak bangsa yang tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk persiapan dana masa depan dan aset untuk lindung nilai, tetapi NUNOMICS juga memberi dukungan beribadah dengan tenang dan berkah melalui fitur Gold to Mecca nya.

“Hari ini bertepatan dengan hari lahirnya Miftachussunnah kita mulai bergerak dengan perkembangan zaman, jadi pondok pesantren Miftachussunnah juga sudah mulai merilis NUNOMICS Miftachussunnah. Platform ini hadir untuk generasi muda, supaya mereka sudah mulai berpikir untuk masa depan dengan menabung khususnya menabung fisik emas,”Ucap Norhadi MM – Pimpinan Ponpes Miftachussunnah Surabaya saat ditemui di Masjid Al-Akbar Surabaya.

Turut hadir Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Jawa Timur, Emil Dardak. Saat ditemui di Harlah ke-42 Ponpes Miftachussunnah beliau menyampaikan apresiasinya terhadap lahirnya aplikasi NUNOMICS sebagai inovasi yang dapat menjadi pelayanan prima bagi kegiatan dan amal usaha pondok pesantren Miftachussunnah.

“NUNOMICS bukan mengkonversi pesantren semata-mata menjadi lembaga ekonomi, tetapi bagaimana kiprah pesantren di tengah masyarakat akan semakin teramplifikasi manakala kita bisa menggaungkan tata niaga dan tata berusaha yang menggambarkan nafas keislaman. Saya sebagai ketua masyarakat ekonomi syariah Jawa Timur, tentu merasa sangat berbangga melihat salah satu pondok pesantren di jawa timur bisa melahirkan NUNOMICS, termasuk tabungan haji dan umroh yang memiliki lindung nilai dari dinamika yang terkait nilai tukar mata uang,” ucap Emil pada (14/11/2024).

“Teknologi yang diterapkan berbasis kecerdasan buatan yang menjadi layanan yang sangat prima bagi kegiatan atau amal usaha pondok pesantren miftachussunnah.” tambahnya.

Melalui pelaksanaan Harlah ke-42 ini diharapkan kedepannya pondok pesantren Miftachussunnah dapat terus berkembang dan selalu berjalan mengikuti kemajuan teknologi tanpa melupakan balutan unsur keislaman di dalamnya. Melalui NUNOMICS Ponpes MIftachussunnah membuktikan bahwa pondok pesantren dapat berkontribusi dalam memberikan inovasi guna mendukung sektor digital ekonomi syariah di Indonesia. dbs

KH Miftachul Akhyar Ungkap Tiga Pusaka NU

KH Miftachul Akhyar Ungkap Tiga Pusaka NU

Sampang, MS – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan tiga tongkat pusaka “kesaktian” (kebesaran) jam’iyah dan jamaah NU, yakni sami’na wa atho’na (kepatuhan terhadap ulama), tabayyun (klarifikasi), dan tertib regulasi (peraturan AD/ART).

“Sekarang, kesaktian NU masih jam’iyah, bukan jamaah, jadi organisasinya yang besar, tapi jamaahnya belum besar secara ekonomi atau tidak sejahtera, apa NU-nya kurang sakti,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/10/2024). Saat menghadiri pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sampang 2024-2029 pada Selasa (29/10/2024), Kiai Miftach mengutip perintah iqra atau membaca dalam Al-Qur’an itu disambungkan dengan perintah bismi Robbik, dengan nama Tuhanmu.

“Artinya, perintah ilmu atau baca itu menyatu dengan perintah Ibadah (ketuhanan atau shalat). Pintar, gelar, atau ilmu yang tinggi itu penting, tapi bukan iqra saja, bukan menjadi ulama atau ilmu saja, karena bisa melahirkan sikap mementingkan pribadi, kelompok, golongan. Tapi kalau dipadukan dengan atas nama Allah, maka akan ada kebersamaan,” katanya. Pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu mencontohkan Sampang yang sejak dulu dikenal tidak mempunyai gedung bioskop atau tempat kemaksiatan, bahkan NU-nya 99 persen, tapi kenapa masyarakatnya masih belum baik secara kesejahteraan.

“Kebesaran secara jam’iyah (organisasi) dan secara jamaah (anggota) yakni sami’na wa atho’na (kepatuhan pada ulama); tabayyun (klarifikasi bila ada informasi yang tidak jelas tentang NU dan jamaah NU); dan tertib regulasi/peraturan AD/ART (kepatuhan pada hasil kesepakatan),” katanya.

Apalagi, NU adalah organisasi  pelayanan dari para ulama kepada umat atau bangsa. Khidmah itu tidak ada perebutan, permusuhan, saling hasut, dan hal-hal negatif, namun khidmah itu justru menjadikan NU sebagai rahmatan lil alamin bagi semuanya. “Kalau ada yang bilang bahwa kebenaran agama itu ditegakkan dengan perang, seperti ada dalam salah satu dari 40 hadits dalam Arbain An-Nawawiyah, maka perintah perang itu harus dipahami bukan sebagai aksi, tapi reaksi atau mempertahankan diri. Justru, Islam berkembang karena jujur, adil, dan akhlak, banyak non-Muslim tertarik di situ,” katanya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan bahwa NU itu besar sejak lahir pada tahun 1926. NU didirikan untuk misi internasional, yaitu keperluan untuk mengirim utusan Komite Hijaz dalam misi internasional.  “Tahun 1937 dengan prakarsa NU mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang menaungi 13 organisasi Islam, dan pada tahun itu 95 persen umat Islam Indonesia menyatu,” kata Gus Kikin, sapaan akrabnya, dalam pelantikan KH Syafiuddin Abd Wahid dan KH Itqon Bushiri yang kembalij memimpin PCNU Sampang 2024-2029.

Akhirnya, NU berperan sampai pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Pada saat itu, para tokoh nasional, para pejuang dan muassis (pendiri) NU bersatu atau membangun ukhuwah untuk melawan penjajah hingga meraih kemerdekaan.   “Kita refleksikan sekarang dalam membangun ukhuwah mendampingi umat dalam memerangi masa depan, termasuk dalam masa Pilkada ini, PCNU Sampang harus bisa menjadi penyeimbang terjadinya perbedaan-perbedaan, dan mampu menghadirkan harmoni bagi masyarakat Sampang,” katanya. nuo

 

Menag Nasaruddin Umar hadiri Harlah PonPes Miftachussunnah

Menag Nasaruddin Umar hadiri Harlah PonPes Miftachussunnah

Jakarta, MS – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan komitmennya untuk segera membentuk Direktorat Jenderal (Dirjen) khusus yang akan menangani dan mengayomi pondok pesantren.

Hal ini disampaikan Menag Nasaruddin saat menghadiri perayaan Harlah ke-42 Pondok Pesantren Islam Miftachus Sunnah II, Istighosah Kebangsaan dan Peringatan Hari Pahlawan di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya, Kamis (14/11).

“Kementerian Agama segera membentuk Direktorat Jenderal yang akan mengurus sekaligus mengayomi pondok pesantren,” ujar Nasaruddin dikutip kemenag.go.id.

Dalam acara yang juga dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, Pimpinan Pondok Pesantren Islam Miftachus Sunnah II KH Miftachul Akhyar, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Muzakki, serta sejumlah pejabat dan santri.

Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang murni lahir dari bumi Nusantara. Ia menegaskan bahwa pesantren telah menjadi perintis dunia pendidikan yang sistematis di Indonesia bahkan sebelum kedatangan penjajah Belanda.

“Seandainya Indonesia tidak dijajah Belanda, perguruan tinggi yang berkembang saat ini mungkin adalah Universitas Termas, Universitas Lirboyo, Universitas Tebu Ireng, dan universitas-universitas dari pesantren lainnya. Bukan UI, ITB, atau IPB,” ujarnya.

Menag Nasaruddin juga menekankan bahwa kini saatnya pondok pesantren merebut kembali kejayaannya, seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

“Sudah waktunya pesantren menjadi tuan rumah di tanah airnya sendiri,” tambahnya.

Lebih lanjut, Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa terbitnya Undang-Undang Pesantren merupakan bukti nyata dari komitmen Kementerian Agama untuk memberikan eksistensi dan legitimasi terhadap keberadaan pondok pesantren di Indonesia.

“Tugas kami selanjutnya adalah memastikan kelanjutan eksistensi pondok pesantren,” ujar Menag.

Menag juga menyinggung keunggulan sistem pendidikan di pesantren, khususnya dalam penanaman karakter. Ia mengungkapkan bahwa sistem pemondokan (boarding) yang diterapkan di pesantren sangat efektif dalam mendidik santri.

 

“Di pesantren, pengawasan terhadap santri dilakukan selama 24 jam, menjadikan pesantren tempat yang efektif untuk penanaman karakter,” terangnya.

Sistem boarding yang diterapkan di pesantren, menurut Menag, juga telah diadopsi oleh sekolah-sekolah di luar negeri, seperti di Inggris dan Australia, sebagai bagian dari upaya mereka dalam mendidik karakter siswa.

“Keunggulan ini menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam membentuk karakter bangsa,” pungkas Menag Nasaruddin. dbs

MTs MS adakan Haflatul Al Quran 1 Bulan 1 Juz  

MTs MS adakan Haflatul Al Quran 1 Bulan 1 Juz  

“Di Surabaya hanya MTs Miftachus Sunnah ada Program menghafal Al-Qur’an 1 Bulan 1 Juz,” ujar pak Yos

MTs MS – MTs Miftachus Sunnah (MS) Sebagai Madrasah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah berusaha focus melaksanakan program kegiatan Tahfidz. Tahfidz atau menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan cara menghafal diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.

Dalam kegiatan Tahfidz para pembimbing Tahfidz dibawah koordinasi Lembaga Tahfidzul Quran Ponpes MS terus mengupayakan memotivasi anak agar mampu mengejar target hafalan. Target hafalan 1 Bulan 1Juz.

Banyak orang beranggapan bahwa menghafal Al Qur’an bisa menjadi beban, padahal sebenarnya menghafal Al Qur’an memiliki banyak sekali manfaatnya, salah satunya adalah dapat meningkatkan prestasi belajar anak di sekolah. Menghafal Al Qur’an atau biasa dikenal dengan tahfidz memiliki dua hal yang harus dipenuhi, yakni hafal dalam ingatan dan bisa mengucapkannya kembali diluar kepala tanpa membaca Al Qur’an atau catatan lain. Anak yang terbiasa dalam menghafal Al Quran, secara tidak langsung dia akan lebih bisa berdisiplin dan mengatur waktu.

Sekaligus anak juga akan belajar keseriusan dalam menjalani hidup. Menghafal Al Quran mempunyai pengaruh yang baik dalam pengembangan ketrampilan dasar siswa sehingga bisa meningkatkan prestasi akademik mereka.

Dalam kegiatan Haflatul Quran Tahfidz yang diselenggarakan pada hari Sabtu (10/8), MTs MS berhasil menyelesaikan satu bulan satu Juz berjumlah 21 siswa dari 39 siswa. Terdapat 2 siswa yang mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik. Yaitu atas nama Nabila dan Jihan. Dalam acara ini , KH Muzakki Yamani Pengasuh Pondok Pesantren MS menyambut baik kegiatan Tahfidz di MTs MS dan mendorong agar semakin digiatkan.

Sementara itu, H. Fauzie Mustaqiem Yos yang kini menjabat staf ahli bidang kemasyarakatan dan sumber daya manusia Walikota Surabaya menyampaikan selamat kepada anak-anak yang berhasil menghafalkan satu bulan satu Juz. “Saya sangat bangga pada kegiatan Tahfidz ini dan di Surabaya mungkin baru di MTs Miftachus Sunnah yang mempunyai program ini, semoga kedepannya akan semakin banyak siswa yang berhasil menghafal Al Qur’an sesuai target,” ujarnya. ms

 

Menyimak Pengalaman Nyantri KH Miftachul Akhyar

Menyimak Pengalaman Nyantri KH Miftachul Akhyar

MSNews – KH Miftachul Akhyar merupakan sosok pimpinan tertinggi di jamiyah Nahdlatul Ulama. Kiai asal Surabaya ini menjabat sebagai Rais Aam PBNU masa khidmah 2022-2027 sebagaimana hasil dari Muktamar NU ke-34 yang diselenggarakan di Lampung pada 2021 lalu. Sebagai pimpinan tertinggi NU, tentunya banyak yang mencari profil kiai yang merupakan putra kedelapan dari tiga belas bersaudara dari KH Abdul Ghoni ini, terutama latar belakang atau pengalaman nyantri Kiai Miftah.

Menuntut ilmu di pondok pesantren atau nyantri menjadi pengalaman berharga bagi banyak orang. Termasuk bagi tokoh yang saat ini memimpin organisasi Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar. Ulama asal Surabaya itu kini menjabat sebagai Rais Aam PBNU masa khidmah 2022-2027. Dalam video berjudul Pengalaman Menjadi Santri – Lebih Dekat KH Miftachul Akhyar yang diunggah di YouTube NU Online, Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Surabaya ini menceritakan pengalaman nyantrinya.

Kiai Miftach menyebut, pendidikannya semasa kecil ada di lingkungan rumah, pernah sekolah di Sekolah Rakjat atau SR (kini SD) namun hanya sampai kelas 5 saja. “Sejak kecil saya pendidikannya ya di rumah, dulu ada sekolah SR, ikut pendidikan itu sampai kelas 5. Jadi kemungkinan usia-usia yang masih 8 tahun, lalu mondok,” kata Kiai Miftach.

Nyantri di Tambak Beras dan Sidogiri Kiai Miftach menyampaikan bahwa ia pernah nyantri di Tambak Beras Jombang. Namun durasinya tidak begitu lama. “Mondoknya ini pernah ke Tambak Beras, tapi sejak kecil,” ucap kiai yang pernah menjadi Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur masa khidmah 2007-2015 ini.

“Kira-kira tiga tahun di Tambak Beras, ya belum selesai, lalu pindah pada tahun 1967-1969 saya di Sidogiri, saya sampai kelas satu tsanawiyah. Jadi sempat ikut ujian MI-nya, ibtidaiyahnya, kan sana diakui ya,” tambahnya. ad Kiai Miftach melanjutkan ceritanya, ia pernah berhenti sejenak mondok selama satu tahun pada 1970-an. Kiai Miftah sampai kena marah abahnya.

“Setelah itu kira-kira tahun 1970-an, saya di rumah, istilahnya tidak mondok lah. Setelah satu tahun di pondok, abah marah terus karena saya sudah mutung, tidak mau mondok sampai-sampai saya tidak disapa selama satu tahun, tidak diperhatikan,” bebernya.

“Baru saya sedikit ada kesadaran, kalau begini terus saya bagaimana? Pergaulan hampir terpengaruh dengan anak-anak di Surabaya. Alhamdulillah akhirnya timbul kesadaran, saya mau mondok lagi, tapi saya meminta pondok yang tidak ada sekolahnya,” ungkap Kiai Miftach. Lanjut nyantri di Lasem Setelah timbul kesadaran dan memberikan persyaratan jika mondok kembali, akhirnya Kiai Miftach melanjutkan kembali perjalanannya nyantri dan Pesantren Al-Ishlah Lasem asuhan Syekh Masduqi.

“Akhirnya di Lasem itu, tahun 1971 saya mondok di lasem. Alhamdulillah sampai 3 tahun, tahun 1974 saya pulang,” ungkapnya. Rencananya, jelas Kiai Miftah, saat pulang itu dirinya hendak melanjutkan belajar di Makkah di tempat Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, namun karena sakit rencana tersebut terpaksa kandas.

“Waktu pulang itu saya maunya ke Makkah, karena waktu itu Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki mau menerima pelajar atau santri dari Indonesia, tapi saya sakit selama satu tahun. Akhirnya tidak jadi ke Makkah,” jelasnya. “Di pertengahan sakit itu, keluarga dari Lasem datang ke Surabaya untuk menikahkan saya. Jadi saya nikah usia muda, kira-kira 21-22 tahun, tahun 1975 menikah, kira-kira sampai tahun 77 saya di Lasem, setelahnya saya bawa ke Surabaya,” tambahnya.

Menurut Kiai Miftach, alasan dirinya mondok di Lasem adalah karena petunjuk dari kakak iparnya. “Saya di Lasem di Kiai Masduqi, di Al-Ishlah, karena kebetulan kakak ipar saya sekurun dengan Kiai Mustofa Lekok, Kiai Dahlan Al-Hafidz Peneleh itu, mondoknya bersama jadi satu, ini yang memberi petunjuk saya untuk ke Lasem,” urainya.

“Bahkan saya diantar ke Lasem, jadi ke sana tidak diantar oleh abah karena masih marah, baru sekitar dua bulan abah baru nyambangi karena saya mau mondok lagi. Ya seperti itulah pengalaman, jadi tidak banyak,” imbuh Kiai Miftach.

Nyantri dengan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Sekitar tahun 1977-1978, keinginan Kiai Miftach untuk mengaji dengan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki terwujud. Namun sedikit berbeda daripada keinginan awalnya, kali ini Kiai Miftach di Malang pada saat Sayyid Muhammad sedang ada di sana.

“Kira-kira tahun 1977-1978 itu kan Sayyid Muhammad ke Indonesia, beliau tinggal di Malang, saya dipanggil. Ada 15 pemuda dipanggil untuk ikut daurah, tiap Sabtu-Rabu, saya di Malang, nanti pulang, itu berjalan sampai 6-8 bulan. Itu daurah ula, tapi setelah itu tidak ada daurah lagi,” jelas Kiai Mitach. “Jadi pada saat itu ada Kiai Masbuchin, Kiai Muchith, Kiai Midkhal, dari Langitan ada, ada 15 dari luar Jawa. Dari Sarang ada Gus Najih tapi masih kecil dan datangnya menyusul,” imbuh dia. (nuonline)

KH Miftachul Akhyar : NU bukan Nunut Urip tapi Noto Urip

KH Miftachul Akhyar : NU bukan Nunut Urip tapi Noto Urip

MSnews – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengatakan bahwa NU adalah organisasi yang bertujuan untuk menata hidup bukan ikut hidup. Hal tersebut berupaya untuk mewujudkan kemaslahatan dunia secara keseluruhan “NU bukan nunut urip tapi noto urip (NU bukan ikut hidup tapi menata hidup),” kata Kiai Miftach dalam pembukaan Konferensi Besar NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, waktu lalu.

Kiai Miftach menganjurkan untuk mengikuti perintah organisasi NU yang dimulai dari komando garis perintah pimpinan paling tertinggi NU. “Oleh karena itu di beberapa tempat saya sampaikan, isma athi’u (dengarkan taatilah) karena itu sangat dipesankan Rasulillah saw. Jamiyyah yang Mardhiyyah (NU) ini organisasi terbesar sedunia bahkan terbesar dunia dan akhirat. Ini nikmat yang besar diberikan kesempatan ikut nata, disamping memperbaiki diri,” jelas Kiai Miftach.

Kiai Miftach mengungkapkan, untuk menata kehidupan warga NU dan masyarakat harus dapat menerjemahkan makna agama Islam secara benar ke seluruh penjuru dunia.

“Inilah NU ingin memerankan, ingin menjadi mutarjim (penerjemah) semampunya menerjemahkan dakwah islamiyah yang besar, dakwah yang merangkul tidak memukul, dakwah yang  membina tidak menghina, dakwah yang menyayangi tidak menyaingi dan dakwah yang simpatik,” tegasnya.

Kiai Miftach juga menyampaikan, untuk membangkitkan NU. Ia mengajak untuk adil dalam menilai seseorang, sehingga tidak boleh salah menilai sesuai dengan kemampuan masing-masing.

“Apa yang dianggap besar, punya nilai ya kita besarkan, mengagumkan apa yang memang agung dan mengecilkan apa yang hakikatnya kecil karena ulama adalah sosok yang mampu memberikan mereka yang punya hak. Memberikan hak mereka yang memang haknya,” ungkapnya.

“Ini sebetulnya makna versi (saya) dalam memaknai NU,” sambung Kiai Miftach. Tindakan tersebut, menurut Kiai Miftach sesuai dengan perintah agama Islam yang berkutat pada syariat yang diturunkan Allah kepada para hambanya.

“Karena agama kita sebagai agama yang terakhir, tentu lebih sempurna dari agama yang terakhir tentu lebih sempurna dari agama sebelumnya dan menyempurnakan dari kekurangan agama lain,” katanya. (nuonline)

 

Gus Yahya Ketum PBNU: Muslimat Kuat, Indonesia Kuat!

Gus Yahya Ketum PBNU: Muslimat Kuat, Indonesia Kuat!

Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menghadiri perayaan Harlah ke-78 Muslimat NU yang digelar di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, waktu lalu.

Di hadapan ratusan ribu kader Muslimat NU, Gus Yahya menyampaikan ucapan selamat ulang tahun dan mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur dalam menyongsong tahun kedua di abad kedua NU.  “Selamat ulang tahun ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama. Selamat mensyukuri, merayakan, menikmati ulang tahun ke-101 NU,” kata dia.

“Kita yakin Allah swt tidak henti-hentinya mencurahkan berkah, mencurahkan rahmat kepada kita semua,” kata Gus Yahya. ad Gus Yahya juga menekankan peran kuat Muslimat NU dalam memperkuat Indonesia. Dengan penuh keyakinan, dia mengulangi sebanyak tiga kali frasa yang menjadi semboyan, “Muslimat kuat, Indonesia kuat. Ibu-ibu Muslimat memperkuat Indonesia.”

“Ibu-ibu Muslimat siap bergerak bersama menopang kejayaan bangsa dan negara,” lanjut dia.  “Muslimat kuat, Indonesia kuat. Muslimat kuat, Indonesia kuat. Muslimat kuat, Indonesia kuat,” tegasnya.  Gus Yahya juga memberi penghormatan kepada para nyai-nyai, tokoh perempuan yang memiliki peran sentral dalam mendidik dan membimbing jamaah serta santri. Dia menyoroti kerelaan mereka untuk duduk sama rendah di lantai stadion, berdampingan dengan berbagai lapisan masyarakat.

 “Di antara lautan ibu-ibu ini, tidak sedikit nyai-nyai dengan ribuan santri, nyai-nyai yang disayangi jamaahnya, ditakuti kiai-kiai. Semuanya rela dengan suka cita mendelosoh (duduk lesehan) sama rendah di lantai stadion ini, bersebelahan dengan bakul lombok, bersebelahan dengan pedagang kelontong, semua rela duduk sama rendah karena semua tahu dan paham bahwa kita setara. Tidak laki-laki, tidak perempuan, semuanya setara,” tegas Gus Yahya.

Perayaan Harlah ini bukan hanya sebagai peringatan usia Muslimat NU, tetapi juga momentum untuk memperkuat solidaritas dan semangat kesetaraan di kalangan umat. Gus Yahya berharap agar semangat ini terus berkobar dan memberikan dampak positif bagi kemajuan Indonesia. “Karena NU didirikan dengan cita-cita peradaban. Dan cita-cita peradaban harus dimulai dengan negara yang kuat,” jelas dia. Untuk mendirikan negara yang kuat, ibu-ibu adalah kunci, karena perempuan adalah tiang negara,” pungkasnya. nuo

KH Miftachul Akhyar Ajak NU dan Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan

KH Miftachul Akhyar Ajak NU dan Masyarakat Hindari Kegaduhan dan Kekacauan

 Jakarta – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengajak seluruh jajaran NU, Banom serta masyarakat luas untuk menghindari kekacauan, kegaduhan, dan taat pada pemimpin. Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa waktu lalau .

 “Saya minta kepada jajaran NU beserta banomnya, mari berikan ketaatan, itu keindahan NU. Bukan karena pimpinan ingin ditaati. Karena ketaatan adalah modal besar,” jelasnya.

Kiai Miftah menambahkan, dalam NU, yang berakidah Ahlussunah wal Jamaah, warga akan selalu menunjukkan sikap dan taat kepada pimpinan. Mendengarkan dengan sesungguhnya dan menaati apa yang sudah jadi keputusan pemimpin.  Pemimpin yang dimaksud di sini bisa bermakna pimpinan organisasi, pimpinan negara, ulil amri, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama. Secara darurat pemimpin negara adalah pemimpin yang harus ditaati.

 “Sehingga barang siapa yang menaati pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya,” tegas tokoh asal Surabaya ini. Dikatakannya, apabila pemimpin sudah disepakati maka harus ditaati. Jika tidak sepakat dengan kebijakan atau keputusan maka jangan berkhianat.

 Hal tersebut untuk menjaga ketentraman, jangan sampai langkah dan ucapan karena tidak suka dengan pemimpin membuat gaduh di tengah masyarakat. Terjadi perpecahan di mana-mana dan menyebabkan kerusakan lebih besar.

Dalam pandangan Kiai Miftah, barang siapa menghinakan para pemimpin, menyebarkan kabar buruk tentang pemimpin yang bertujuan merusak nama baiknya, meremehkan pemimpin maka Allah akan membalasnya.  Dikarenakan, orang yang hobi menyebarkan kabar jelek, terhadap orang yang telah beriman kepada Allah. Maka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia dan akhirat. “Karena ciri karakter orang NU, menyimpan rasa saudaranya. Apalagi kabar tersebut tidak valid, tanpa tabayun, klarifikasi,” tandasnya. nuo

 

 

K.H. M. Cholil Nafis Ph.D : Pondok Pesantren Tempat Mencetak Generasi Berkualitas

K.H. M. Cholil Nafis Ph.D : Pondok Pesantren Tempat Mencetak Generasi Berkualitas

Surabaya, MS2 – Tradisi keilmuan di Pondok Pesantren merupakan tempat mencetak generasi bangsa yang berkualitas, dikarenakan adanya penggabungan antara kurikulum pengetahuan umum dan agama, hal ini disampaikan oleh K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D. waktu lalu.

“Tidak semua kita diberi kesadaran untuk memondokkan anak-anaknya. Di pesantren ilmu itu syarat akan sanad. Jadi jelas kita belajar dengan siapa, lalu guru kita belajar kepada siapa. Tidak sembarangan dan asal-asalan tradisi keilmuannya,” ungkapnya.

Dia mengatakan sanad memiliki kedudukan sangat penting selama proses belajar, khususnya ilmu agama. Hal ini dikarenakan apa yang telah kita perbuat termasuk belajar, semuanya akan dimintai dipertanggugjawaban di hadapan Allah.

Menurut Kiai Cholil, pilihan orang tua untuk mendidik anaknya pondok pesantren bukan atas dasar dengki, namun bentuk kasih sayang kepada anak masa depan dirinya, bangsa, hingga dunia.

“Sekarang kita bisa lihat, banyak orang yang tidak jelas gurunya siapa, akhirnya banyak yang merujuk dan bertanya kepada Google. Ujung-ujungnya pemahaman mereka salah dan memicu lahirnya aliran sesat, karena belajar agama tidak memiliki guru,” jelas Kiai Cholil.

Di samping itu, Kiai Cholil menyampaikan bahwa bukan sesuatu yang mustahil apabila Nabi Muhammad menerima langsung wahyu Alquran dari Allah. Akan tetapi justru yang terjadi adalah Nabi menerima wahyu melalui perantara Malaikat Jibril.

Di sinilah isyarat yang Allah ajarkan bahwa adanya sanad dan sambungan ilmu dalam agama bukan sembarangan dan akal-akalan belaka. Bahkan dengan tegas Kiai Cholil mengingatkan jika seseorang belajar ilmu agama secara otodidak maka gurunya adalah setan.

“Jangan takut jadi santri atau hanya karena belajar di pesantren. Sudah banyak teladan bahwa santri bisa jadi pemimpin bangsa. Mulai dari jadi presiden contohnya Gus Dur, wakil presiden KH. Ma’ruf Amin, bahkan yang jadi menteri tidak terhitung jumlahnya, apalagi yang menjabat sebagai anggota dewan,” pungkasnya. mui

 

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com